Cari

Atasi Keluhan Warga, Mahasiswa Unila Ubah Sampah Plastik Jadi Minyak

Mahasiswa Unila mempresentasikan hasil temuannya, Foto: unila.ac.id

 

Para mahasiswa Universitas Lampung (Unila), diantaranya yakni M Irfan dan Rizqy Putra mengembangkan inovasi teknologi dengan mengubah sampah plastik menjadi minyak. Pengembangan ini ia lakukan untuk mengatasi keluhan warga setempat tentang sampah plastik yang menumpuk dan sulit terurai. Ia menggunakan tabung pengurai dengan metode pirolisis dan memanfaatkan pembakaran anaerob untuk menghasilkan minyak murni yang dapat dimanfaatkan kembali.

"Anaerob adalah pembuatan bahan bakar atau minyak solar atau premium dari bahan-bahan sampah plastik yang mendapatkan pembakaran sempurna dengan tekanan panas maksimal 300 sampai 600 derajat Celsius," ujar M Irfan.

Mahasiswa FMIPA Kimia angkatan 2016 ini menjelaskan mekanisme kerja alat anaerob ini. Menurutnya, plastik yang mendapatkan panas maksimal tersebut berada di dalam tabung aluminium atau besi. Kemudian, disambungkan dengan pipa berbahan sama agar mendapatkan regulasi dari partikel air atau es.

"Panas yang maksimal akan menghasilkan pembakaran yang cepat dan hasil minyak yang banyak sesuai input sampah yang diurai, walaupun 100 derajat Celsius, alat ini juga sudah bisa menghasilkan minyak siap pakai," ujar Irfan.

Bahan yang terurai dan telah teregulasi tadi, kata Irfan melanjutkan, bekerja secara otomatis dan menguap di tabung kedua dan akhirnya menjadi minyak murni. Minyak yang dihasilkan pertama kali tersebut, kata Irfan, sejenis dengan solar, dan bila mendapatkan perlakuan pemurnian lanjutan, minyak tersebut dapat digolongkan menjadi premium ataupun pertalite yang siap digunakan.

Proses pembuatan minyak dari bahan baku sampah plastik, Foto: unila.ac.id

 

Rekan satu timnya, Rizqy Putra, menambahkan, bahan baku utama yang mereka gunakan yakni sampah plastik yang sulit terurai tanah. Bahan tabung yang digunakan, kata Rizqy, bisa bervolume besar atau sedang, sesuai jumlah sampah sampah plastik dan panaskan yang diperoleh. 

"Biasanya dipanaskan 30 menit sesuai dengan banyak bahan dan panas yang diperoleh saat dijadikan uap," kata Rizqy. 

Saat proses penelitian ini, kedua mahasiswa tersebut sedang menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unila Periode I Januari 2019. Keduanya ditempatkan di Kabupaten Lampung Barat, tepatnya di Kecamatan Sukau. Menurut pihak kampus, penelitian keduanya berada di bawah bimbingan dosen Saiful Bahri MA dari FMIPA Kimia dan Yul Martin ST MT dari Teknik Elektro Unila.

Berita Selanjutnya
Cegah Salah Paham, Kemdikbud Revisi Buku SD Terkait Organisasi Radikal
Berita Sebelumnya
Kedubes UEA: Kunjungan Paus Fransiskus Promosikan Toleransi Antarumat Beragama

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar