Nyamuk Aedes aegypti membawa virus DBD, Foto: entomologytoday.org
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melaporkan jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) yang meninggal di wilayahnya bertambah menjadi 15 orang dari sebelumnya hanya berjumlah 13 orang.
"Jumlah korban yang meninggal akibat DBD saat ini sudah bertambah menjadi 15 orang setelah dua korban meninggal dunia di kabupaten Sumba Timur," kata Kepala Seksi Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Provinsi NTT Joyce Tibuludji di Kupang, Jumat, 1 Februari 2019.
Joyce menyampaikan hal ini berkaitan semakin meningkatnya kasus DBD di NTT, bahkan NTT sendiri masuk dalam urutan tiga besar kasus DBD se-Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Barat.
Hingga Jumat (31/1), Joyce menjelaskan, jumlah penderita DBD di NTT sudah mencapai 1.337 orang dan angka tersebut terus bertambah.
Angka itu, kata Joyce melanjutkan, akan terus berubah karena dari 22 kabupaten kota di NTT baru sembilan kabupaten dan satu kota saja yang melaporkan dampak dari serangan nyamuk aedes aegypty.
"Masih sisa 12 kabupaten yang belum melaporkan dampak dari DBD ini. Kalau ada pasti jumlahnya akan bertambah," ujar Joyce.
Joyce menambahkan, saat ini setiap petugas kesehatan di setiap puskesmas, rumah sakit di sembilan kabupaten dan satu kota itu bekerja keras untuk merawat para korban yang menderita DBD.
Saat ini, ada tiga kabupaten/kota di NTT yang mendominasi kasus DBD, yakni Manggarai Barat 321 kasus, Kota Kupang 245 kasus dan 156 kasus di Sumba Timur. Untuk Sumba Timur sendiri dengan meninggalnya dua korban DBD maka jumlahnya sudah mencapai empat orang.
Kini, kata Joyce, sejumlah puskesmas di NTT sudah membuat posko siaga untuk DBD, salah satunya di Kota Kupang ada sekitar 11 puskesmas.
Sebelumnya diberitakan, kasus demam berdarah (DBD) hingga Kamis 31 Januari 2019 sore telah mencapai 15.132 kasus, dari jumlah tersebut 145 orang dilaporkan meninggal dunia.
"Provinsi yang tinggi angkanya adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, Sulawesi Utara dan Lampung," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Widyawati, Kamis, 31 Januari 2019.
Hingga saat ini ada 390 kabupaten/kota dari 33 provinsi yang mengalami kasus DBD, sebanyak 269 kabupaten/kota diantaranya melaporkan adanya peningkatan kasus.
Di Jawa Timur dari 38 kabupaten/kota, ada 37 kabupaten/kota yang melaporkan kasus DBD, di mana 21 kabupaten/kota melaporkan adanya peningkatan.
Kemudian 27 kabupaten/kota di Jawa Barat melaporkan kasus DBD, di mana 25 kabupaten/kota mengalami peningkatan kasus.
Di Jawa Tengah dari ada 34 kabupaten/kota yang mengalami kasus DBD, di mana 28 kabupaten/kota melaporkan adanya peningkatan kasus.
Begitu juga di NTT, dari 22 kabupaten/kota, sebanyak 20 kabupaten/kota mengalami kasus DBD, di mana 19 kabupaten/kota mengalami peningkatan.
Sementara di Sulawesi Utara dari 15 kabupaten/kota yang ada, semuanya melaporkan adanya kasus DBD dan mengalami peningkatan.
Begitu juga dengan Lampung dari 15 kabupaten/kota semuanya mengalami kasus DBD, 14 diantaranya melaporkan adanya peningkatan.
Sementara itu beberapa daerah yang telah menyatakan KLB adalah Kota Kupang, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Ponorogo, dan Provinsi Sulawesi Selatan.
Widyawati mengatakan meningkatnya kasus DBD ini diakibatkan karena sedang musim hujan. Ia pun meminta agar masyarakat selalu menjaga kebersihan lingkungan. Ia mengatakan kasus pada 2019 ini tidak setinggi yang pernah terjadi pada 2016.
Tinggalkan Komentar