Cari

Suara Anak Penting dalam Pemulihan Pascabencana

Peluncuran hasil Listening to Children di Palu, Rabu, 23 Januari 2019, Foto: vhalhen123/Twitter

 

Pegiat sosial Vanda Lengkong mengatakan bahwa suara anak penting didengarkan dalam upaya pemulihan pascabencana di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala dan Parigi Moutong.

"Suara anak penting untuk didengar dan dapat menjadi kunci utama dalam sebuah tahapan proses pembangunan untuk pemulihan korban bencana di Sulteng," ucap Vanda Lengkong saat berbicara mewakili empat Yayasan Plan Internasional Indonesia dalam peluncuran hasil Listening to Children di Palu, Rabu, 23 Januari 2019. 

Partisipasi anak, menurut Vanda, akan menjadi salah satu wujud nyata kegiatan pemulihan pascabencana yang mengharuskan perbaikan di sejumlah aspek pembangunan. 

"Suara anak penting didengar untuk bisa menggali apa yang menjadi kebutuhan mereka," kata Vanda.

Ia menyebut UNICEF, YPII, Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) melakukan konsultasi bertajuk "Dengarkan Suara Anak" dengan melibatkan Pemprov Sulteng .

Konsultasi itu, kata Vanda melanjutkan, melibatkan 244 anak yang terdiri atas 130 anak perempuan dan 114 laki-laki. Hal ini telah dilakukan sejak akhir November 2018 di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala. 

Konsultasi itu, kata Vanda, bertujuan untuk mengidentifikasi dan memahami kebutuhan serta masalah paling mendesak melalui perspektif anak. Nantinya, itu semua dapat menjadi rekomendasi kepada pemerintah dan pelaku respons kemanusiaan untuk penanganan pascabencana yang lebih sensitif terhadap kebutuhan anak.

"Anak penyintas bencana harus didengar dan ditindaklanjuti pendapatnya karena memiliki pengalaman dan kebutuhan yang berbeda," ujar Vanda.

Foto:  vhalhen123/Twitter

 

Dalam konsultasi "Dengarkan Suara Anak", metode pengumpulan data yang partisipatif dan ramah anak dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (FGD), semi-structured interview, diskusi kelompok mendalam, transect walk, menggambar, dan bermain peran. 

Melalui metode ini, anak-anak dapat dengan leluasa menyampaikan kebutuhan dan pandangan mereka terhadap penanganan bencana gempa di Palu, Sigi dan Donggala. Hal ini sejalan dengan komitmen standar kemanusiaan inti dalam hal kualitas dan akuntabilitas. 

Berita Selanjutnya
Mendikbud Usulkan Guru Honorer Dapat Tunjangan Setara UMR
Berita Sebelumnya
Permudah Wajib Belajar, Mendikbud: Tidak Ada Lagi Nomor Induk Siswa Nasional

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar