Buku, Foto: Pixabay
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid mengatakan buku merupakan produk kolaborasi, bukan hanya produk dari seorang penulis.
"Buku merupakan produk kolaborasi, jadi penulis tidak bekerja sendiri. Tetapi didukung riset dan juga diskusi dengan editor," ujar Hilmar dalam acara konferensi pers di Jakarta, Senin, 21 Januari 2019.
Akan tetapi, kata Hilmar, di Tanah Air banyak penulis yang memiliki naskah kemudian ditawarkan ke penerbit. Berbeda di negara lain, Hilmar melanjutkan, penulis dan penerbit berkolaborasi melihat apa yang sedang menjadi tren saat ini dan kemudian menjadikannya sebagai buku. Hilmar melihat kelemahan dari penulis Indonesia ada di proses meriset dan juga pemilihan tema.
"Kemendikbud berharap ekspresi Indonesia mendapat ruang lebih luas. Saat ini penjualan buku belum besar amat, dugaan saya dari segi kualitas masih kalah," kata Hilmar.
Ia memberi contoh bagaimana dulu hasil penelitian dalam skripsi dapat dijadikan buku. Akibatnya dari segi kuantitas buku banyak, kata Hilmar, namun kurang berkualitas.
Sebanyak 12 penulis Indonesia akan ditampilkan dalam pergelaran "London Book Fair 2019" yang akan diselenggarakan di London, 12 hingga 14 Maret 2019. Para penulis tersebut adalah Agustinus Wibowo, Clara Ng, Dewi Lestari, Faisal Oddang, Intan Paramadhita, Laksmi Pamuntjak, Leila S Chudori, Nirwan Dewanto, Norman Erikson Pasaribu, Reda Gaudiamo, Seno Gumira Ajidarma, dan Sheila Rooswitha Putri.
Indonesia akan menjadi Market Focus dalam London Book Fair 2019. Untuk mengikuti pameran tersebut telah terseleksi sebanyak 450 judul buku yang akan dipamerkan dari pelaku industri penerbitan. Mereka terdiri dari 23 penerbit buku, agen sastra, dan 10 produsen produk kreatif.
"Kami menargetkan ada sekitar 50 hak cipta dapat terjual dalam pameran itu," kata Ketua Harian Panitia Pelaksana Market Focus untuk London Book Fair, Laura Bangun Prinsloo.
Tinggalkan Komentar