Schoolmedia News Jakarta -- Banyak yang menilai bahwa tantangan terbesar kita saat ini adalah teknologi. Sesungguhnya, tantangan utamanya adalah bagaimana manusia dan keluarga bisa bijak dan berdaulat di tengah derasnya arus disrupsi digital dan kecerdasan buatan.
Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025â2045 telah menempatkan pembangunan manusia unggul sebagai prioritas utama, dan itu hanya mungkin tercapai bila dimulai dari keluarga yang berkualitas.
"Saya menyambut baik hadirnya buku âPenguatan Ketahanan Keluarga untuk Indonesia Emas 2045â, yang merupakan hasil kolaborasi Kemenko PMK dan Majelis Ulama Indonesia," ujar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc.
Dikatakan, buku ini tidak hanya menjadi referensi strategis, tetapi juga refleksi komitmen bersama untuk memperkuat institusi terkecil namun terpenting yaitu keluarga. Banyak yang menilai bahwa tantangan terbesar kita saat ini adalah teknologi. Sesungguhnya, tantangan utamanya adalah bagaimana manusia dan keluarga bisa bijak dan berdaulat di tengah derasnya arus disrupsi digital dan kecerdasan buatan.
Keluarga merupakan institusi terkecil sekaligus terpenting dalam kehidupan manusia. Dari sinilah karakter, nilai, dan budaya bangsa ditanamkan. Dalam konteks Indonesia Emas 2045, keluarga memegang peran strategis sebagai âsuperheroâ yang melindungi, membimbing, dan mempersiapkan generasi masa depan menghadapi tantangan zaman, termasuk derasnya arus disrupsi teknologi dan kecerdasan buatan (AI). Superhero sejati bukanlah tokoh fiksi seperti Superman atau Wonder Woman, melainkan sosok nyata yang ada di rumah kita: ayah, ibu, kakek, dan nenek.
Ketahanan keluarga bukan sekadar urusan domestik, melainkan investasi strategis bangsa. Melalui buku ini, saya mengajak seluruh tokoh agama, masyarakat, pendidik, dan tentu para orang tua di rumah untuk kembali merefleksikan peran kita: Mampukah kita menjadi sutradara kehidupan anak-anak? Sudahkah rumah kita menjadi madrasah pertama dan utama? Apakah kita siap menjadi garda depan dalam menghadapi tsunami teknologi?
"Saya yakin, jika 75 juta keluarga Indonesia bangkit menjadi superhero nusantara, maka Indonesia Emas 2045 bukan sekadar mimpi, tapi keniscayaan. Selamat atas terbitnya buku ini. Terima kasih kepada MUI, para penulis, dan seluruh pihak yang telah mencurahkan pikiran dan kerja keras dalam penyusunan buku ini. Mari terus bergerak bersama. Keluarga kuat, bangsa hebat, menuju Indonesia Emas 2045," paparnya.
Di Indonesia, terdapat lebih dari 75 juta keluarga (BKKBN, 2024). Bayangkan jika seluruhnya berperan sebagai tim superhero dengan misi mencetak generasi emas. Keluarga yang sabar membimbing, menanamkan nilai kerja keras, doa, dan integritas, akan melahirkan anak-anak yang sehat, tangguh, cerdas, dan berakhlak.
Tantangan Digital dan Literasi
Di tengah perkembangan teknologi, tantangan keluarga semakin kompleks. Rata-rata waktu menatap layar (screen time) masyarakat Indonesia kini mencapai delapan jam per hari, bahkan anak di bawah dua tahun sudah terekspos gawai. Kebiasaan mindless scrolling di media sosial berisiko mengikis tradisi berpikir mendalam dan kritis.
Karena itu, literasi digital menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah. Pemerintah telah mengatur platform digital dan menyiapkan tata kelola AI yang berpusat pada manusia (human-centered), namun keluarga, sekolah, dan masyarakat juga harus aktif membekali anak-anak agar bijak dan cerdas memanfaatkan teknologi.
Keluarga berfungsi sebagai âfilter nilaiâ di tengah banjir informasi. Tidak semua konten yang dilihat anak di dunia maya sesuai dengan nilai budaya dan moral bangsa. Disinilah peran keluarga menjadi garda terdepan, memastikan anak memahami perbedaan antara informasi yang benar dan menyesatkan, membedakan hiburan yang membangun karakter dari yang merusaknya.
Pendidikan ini berlangsung sehari-hari, melalui teladan, dialog, dan pengawasan penuh kasih. Keluarga tidak berdiri sendiri; ia memerlukan dukungan ekosistem sosial yang sehat. Lingkungan masyarakat, sekolah, organisasi keagamaan, hingga media massa perlu bersinergi menciptakan suasana yang kondusif bagi pertumbuhan karakter positif.
Semakin kuat ekosistem ini, semakin mudah keluarga menjalankan perannya sebagai âsuperheroâ dalam membina generasi. Peran Orang Tua sebagai Sutradara Kehidupan Bagi para orang tua, peran yang diemban ibarat sutradara film kehidupan anak. Setiap perkataan dan teladan akan membentuk karakter anak sepanjang hayat.
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Muhammad Anwar Iskandar dalam sambutanya mengatakan Data BKKBN tahun 2024, menunjukkan anak yang tumbuh di keluarga harmonis memiliki prestasi akademik 40% lebih tinggi dan tingkat kenakalan 60% lebih rendah.
Fakta ini menegaskan, keharmonisan keluarga adalah âcheat codeâ kehidupan yang tak tergantikan. Penguatan keluarga bukan hanya tugas orang tua, tetapi juga melibatkan semua anggota keluarga lintas generasi.
Kakek dan nenek dapat menanamkan kearifan tradisional, orang tua membekali keterampilan hidup, sementara anak-anak membawa semangat inovasi. Kolaborasi lintas generasi ini menciptakan keseimbangan antara nilai-nilai lama yang kokoh dengan keterampilan baru yang relevan, membentuk generasi adaptif sekaligus berakar pada budaya bangsa.
Menjadi superhero keluarga tentu tidak mudah. Namun, sebagaimana tim pahlawan di film, kekuatan sejati terletak pada kerja sama dan kolaborasi. Ayah adalah kapten dengan perisai pelindung, ibu adalah pejuang kebenaran, anak-anak adalah sumber energi, dan kakek-nenek adalah penjaga kebijaksanaan.
Komitmen Menuju Indonesia Emas 2045
Untuk menuju Indonesia Indonesia Emas 2025, seluruh keluarga Indonesia harus berkomitmen: saling mendukung, menghargai pengorbanan, dan membesarkan anak-anak sebagai calon pemimpin bangsa.
Generasi emas tidak lahir hanya dengan asupan nutrisi sehat, pendidikan baik tetapi perlu lingkungan yang kondusif berbasis spiritual dan penerapan nilai-nilai agama, karakter dan jatidiri bangsa. Setiap pelukan, cerita, dan teguran penuh kasih sayang adalah investasi besar menuju Indonesia Hebat.
Keluarga Indonesia memiliki kekuatan Pancasila, kearifan Bhinneka Tunggal Ika, dan semangat gotong royong. Dengan kekuatan ini, akan mampu mencetak generasi unggul yang tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga berkarakter kuat, beretika, dan menjunjung nilai kemanusiaan.
Apresiasi kepada seluruh keluarga Indonesia yang telah menjadi superhero untuk menjaga dan membimbing anak-anak, agar kelak menjadi generasi unggul yang menyongsong Indonesia Maju. Dengan kolaborasi aksi nyata dari keluarga-keluarga kecil di seluruh Indonesia, akan lahir generasi yang membanggakan bangsa!
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar