Cari

Sosok

Herayati, Putri Pengayuh Becak di Cilegon Berhasil Raih Gelar S1 dan S2 dalam 5 Tahun di ITB

 

Keterbatasan ekonomi bukan menjadi halangan seseorang untuk menggapai mimpinya. Dengan tekad dan kemauan keras, semua yang dicita-citakan bisa bisa terwujud. Kuncinya adalah mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Foto : Dok Humas ITB 

 

 

Schoolmedia News, Jakarta - Perempuan berwajah manis itu bernama Herayati yang akrab dipanggil Hera.   Dara bertubuh mungil itu merupakan putri Cilegon kelahiran tahun 1996  yang kini menyandang gelar  Master of  Art (MA).  Sesungguhnya  Hera terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya bernama Sawiri, seorang pengayuh becak.

Namun itu semua tidak menyurutkan semangatnya untuk mengejar cita-cita berkuliah di ITB dan kemudian lulus S1 dan S2. Meskipun rasa takut akan berhasil survive di ITB atau sempat terbersit, namun Hera tetap mengusahakan yang terbaik hingga akhirnya dapat berprestasi dan lulus, serta menjadi Wisudawan Inspiratif ITB tahun 2018.

Untuk parameter prestasi sendiri, Hera mengungkapkan bahwa tercapainya target yang dibuat adalah parameternya. Saat berkuliah di ITB, Hera juga membuat target yang harus dicapai. Meskipun tidak semua target dapat tercapai, Hera tidak menyerah hingga akhirnya target yang lain dapat diraih. Banyak hal yang dikorbankan untuk mencapai target, namun pada akhirnya apa yang dicita-citakan Hera pun tercapai. Contohnya, ia dapat mencapai target yang dibuat saat semester 5 yaitu menjadi dosen, dan saat ini Hera menjabat sebagai dosen di Untirta.

Baca Juga  : Reni Romaulina, Mahasiswi  Yatim Piatu di ITB Peraih Lomba Inovasi Sains Nasional 


Menurut Hera, waktu mahasiswa adalah waktu terbaik, sehingga jangan hanya berfokus pada akademik. Penting untuk dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan sabar karena semua akan indah pada waktunya. Proses belajar harus dilakukan setiap hari, miliki tujuan dan target yang jelas agar terarah, bangun relasi yang kuat, dan selalu punya motivasi yang kuat. “Akademik nomor 1 tapi nomor ga cuma 1,” pungkas Hera

Keterbatasan ekonomi bukan menjadi halangan seseorang untuk menggapai mimpinya. Dengan tekad dan kemauan keras, semua yang dicita-citakan bisa bisa terwujud. Kuncinya adalah mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Ungkapan itu sepertinya layak disematkan kepada Herayati, Wisudawan dari Program Studi Kimia, FMIPA ITB. 

Perempuan kelahiran Cilegon, Banten, itu merupakan putri dari seorang pengayuh becak yang bernama Sawiri. Himpitan ekonomi tak menyurutkan keinginannya untuk melanjutkan kuliah di ITB. Ia masuk ke ITB tahun 2014 dan berhasil lulus dengan predikat cum laude dengan IPK 3,77. Bahkan ia sempat mendapatkan IP 4,00 pada semester 5.

“Saya sejak kelas 9 SMP ingin berkuliah di ITB karena terinspirasi seorang alumni dari sekolah saya yang berkuliah di ITB dan mendapatkan beasiswa. Saya juga ingin berkuliah tanpa membebankan biaya ke orang tua,” ujar Herayati ditemui reporter itb.ac.id.

Meski punya kendala ekonomi, tapi ia tetap bisa berkuliah melalui beasiswa Bidik Misi. Selain itu, anak bungsu dari empat bersaudara ini pernah mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Cilegon, Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Jend. Moeldoko, dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Tak selalu bergantung pada beasiswa, untuk mendapatkan uang tambahan, Herayati juga bekerja sambilan sebagai guru privat bagi mahasiswa tingkat pertama ITB.

Perjuangan Herayati untuk masuk ITB pada 2014 awalnya tak berjalan mulus. Saat pendaftaran SNMPTN ia ditolak ITB. Namun ia tak menyerah begitu saja, Herayati mencoba kembali melalui jalur SBMPTN. “Saya tetap berusaha. Alhamdulillah rezeki datang dari SBMPTN dan akhirnya saya diterima di ITB,” jelasnya. Ia mantap memilih FMIPA ITB karena sejak SMA telah menggemari ilmu kimia. Sebab menurutnya, mempelajari ilmu kimia seru dan menarik.

Saat ini Herayati terdaftar sebagai mahasiswa Program Fast Track yang diadakan oleh Kimia ITB sehingga kuliah S1 dan S2 dapat ditempuh dalam waktu 5 tahun. Di bawah bimbingan Dr. Deana Wahyuningrum dalam menyelesaikan tugas akhir S1, Herayati mengembangkan suatu sintesis yang berasal dari kulit udang yang dapat digunakan untuk menyerap limbah timbal pada air Sungai Cikapundung. “Penelitian saya yang dibimbing Ibu Deana dapat membantu untuk mengurangi polusi air. Terlebih timbal merupakan logam berat yang berbahaya bagi kesehatan,” jelasnya.

Tak hanya menonjol dalam bidang akademik, Herayati juga pernah menjadi delegasi Indonesia dalam acara Asia Pasific Future Leader Conference 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia. “Rasanya senang menjadi perwakilan dari Indonesia.  Ini salah satu momen tak terlupakan selama menjadi mahasiswa karena bertemu orang-orang dari negara lain,” ungkapnya.

Jika ditanya tentang sosok yang memotivasi dirinya untuk terus berprestasi, Herayati dengan mantap menjawab bahwa sosok yang menjadi pemantik semangat di saat lelah berkuliah adalah orang tuanya.  “Kedua orang tua selalu mendukung saya. Beliau tak pernah mengeluh walau kondisi ekonomi dalam keadaan yang terbatas. Maka dari itu saya berusaha untuk terus berprestasi di ITB,” jelasnya.

Setelah lulus kuliah ia berkeinginan untuk menjadi dosen dan mengabdikan diri daerah asalnya. Kisah Herayati memang menginspirasi. Ia pun berpesan, bagi mahasiswa yang sedang berjuang mencari ilmu di ITB, untuk tetap sabar dan semangat menjalaninya. “Semoga selalu sabar, tidak hilang arah dan kembali fokus ke tujuan. Selain itu harus percaya bahwa sesuatu akan indah pada waktu yang tepat,” pungkasnya.

Penulis  : Eko Schoolmedia

Editor   : Burhan Schoolmedia 

Tokoh Selanjutnya
Sosok Yoshihide Suga, Perdana Menteri Jepang yang Pernah Jadi Supir Truk
Tokoh Sebelumnya
Reni Romaulina, Mahasiswi ITB Yatim Piatu Juara Lomba Inovasi Sains Nasional

Tokoh Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar