Cari

Sulawesi Tenggara, Kota Kendari

Bunda PAUD Kota Kendari : "Bentuk Karakter Anak PAUD Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, Inovatif dan Toleran"

 

Schoolmedia News Kendari ----  Bunda PAUD Kota Kendari Hj.Sri Lestari Sulkarnain, S.Pd, M.Pd menegaskan upaya membentuk manusia Indonesia yang cerdas, berkarakter serta berakhlak mulia diperlukan sinergitas serta kolaborai yang kuat  dalam ekosistem satuan pendidikan anak usia dini, orangtua dan lingkungan anak tinggal. Kesalahan orangtua dan orang dewasa pada umumnya yang kerap melarang, membatasi ruang gerak serta bermain anak dengan membentak akan mematikan daya kreasi, inovasi serta critical thinking anak.

"Pola berpikir kritis perlu diajarkan sejak dini pada anak. Cara efektif mengajarkan pola berpikir ini pada anak yaitu dengan mencontohkannya secara langsung di dalam kehidupan sehari-hari," Ujar Bunda PAUD Kota Kendari kepada Schoolmedia ditengah kunjungan kesatuan  PAUD dan Taman Kanak-kanak Kuncup Mekar di Kota kendari, Jumat (24/6). 

Sebelum melakukan kunjungan ke TK Kuncup Mekar, Bunda PAUD Kota Kendari yang juga Ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) membuka Lomba Story Telling (Bercerita) untuk siswa SMP dan Menceritakan Gambar untuk Sekolah Dasar se Kota Kendari yang berlangsung di SMPN 9 Kota Kendari.

Seperti diketahui, Kurikulum PAUD 2013 dan Kurikulum Merdeka  yang memperkenalkan pembelajaran yang mengeksplorasi kemampuan haruslah mulai diperkenalkan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dengan pesat. Tentu saja kemampuan berpikir kritis anak akan terasah jika guru yang menjadi pembimbing di satuan PAUD  mampu untuk berpikir kritis.  

"Kemampuan berpikir kritis merupakan kompetensi strategis yang mulai dituntut sekarang ini seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia kerjapun menuntut seseorang untuk berpikir kritis karena disinilah seorang individu dihadapkan pada berbagai macam masalah dengan proses penyelesaian masalah yang harus cepat," ujar istri Walikota Kendari yang juga seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 9 Kendari.

 Dikatakan oleh beliau, dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, menjadi problem solver serta berkarakter kuat yang harus dibangun sejak usia dini adalah menciptakan anak Indonesia menjadi pembelajar sepanjang hayat. 

"Salah satu hal yang harus dilakukan disatuan pendidikan anak usia dini dan orang tua agar anaknya cinta dan senang dengan dunia literasi adalah pertama membiasakan anak sejak dini mendengarkan bacaan seperti dongeng atau yang lainnya sehingga tidak bosan," katanya.

Yang kedua, membuatkan jadwal untuk membeli buku setiap bulan misalnya membeli buku yang mendidik, kemudian yang ketiga, menjadwalkan jam dia membaca buku, misalnya membawa ke perpustakaan dengan melihat banyak buku jadi nanti dia cinta dengan membaca. Nanti sekali-kali menanyakan kira-kira kalau disuruh menulis mau apa. Saya kira banyak cara yang bisa dilakukan,” ujarnya.

Menurutnya, orang tua harus menghadirkan semangat efek positif dari minat baca, sehingga anak-anak kita ini jadi termotivasi untuk membaca, literasi, dan pahamkan bahwa literasi itu tidak hanya tekstual tapi juga kontekstual. Bahwa pengambil hikmah tidak hanya dari bacaan buku tapi apa yang kita lihat dan rasakan.

Olenya itu, Sri Lestari mengajak kepada orang tua untuk sejak dini mulai mengajarkan anak mencintai bacaan. Sebab dengan menanamkan budaya literasi pada anak sejak usia dini, tentu akan memberi manfaat bukan hanya saat ini namun juga untuk masa depannya.

“Saya bahkan sebelum anak saya lahir, saya hamil sudah sering baca buku. Jadi salah satu cara membuat anak kita cerdas dengan merangsang saraf-saraf yang ada dalam dirinya. Jadi kalau dulu ada metode dengan memperdengarkan musik Mozart, kalau dalam Islam itu memperdengarkan bacaan Alquran dan saya melakukannya, silahkan ibu-ibumencoba, silahkan mencobanya dan akan merasakan efek dari ketika kita membaca Al-Qur’an tilawah ketika hamil, pakai headset, satu pasang ditelinga satu pasang di perut, dan itu akan anda buktikan luar biasa bahwa ternyata benar sekali ketika kita memperdengarkan Qalam Allah itu anak kita akan merangsang otaknya, Masyaallah,” tandasnya.

Untuk diketahui, literasi merupakan keberaksaraan, yaitu kemampuan dalam menulis serta membaca. Berdasarkan Education Development Center (EDC), literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca dan juga menulis. Literasi juga merupakan kemampuan yang dimana setiap individu dapat menggunakan segala potensi dan keterampilan yang dimilikinya dalam hidup.

Dalam era digital literasi dimana kecapakan literasi digital menjadi penting dikembangkan dimasa depan, pola berpikir kritis untuk sejak usia dini atau PAUD menjadi penting dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. "Dengan memikirkan segala sesuatunya secara kritis, risiko penyalahartian suatu informasi bisa dikurangi. Tak hanya itu, anak-anak juga bisa mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia.

Pola berpikir kritis adalah kemampuan membayangkan, menganalisis, serta mengevaluasi informasi yang didapat, untuk kemudian ditentukan integritas dan validitasnya. Pada anak, kemampuan ini penting untuk membantu anak sejak usia dini melahirkan banyak ide serta gagasan di ruang imajinasi melalui bermain sambil belajar secara merdeka.

Penulis Eko 

 

Berita Regional Selanjutnya
Karakteristik Monkeypox atau Cacar Monyet, Bisa Sembuh Sendiri
Berita Regional Sebelumnya
Kolaborasi Siswa dan Guru Penggerak di Makassar Atasi Limbah Organik

Berita Regional Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar