Cari

DKI Jakarta, Kota Jakarta Pusat

Survei UNICEF 2020, Pembatasan Aktivitas Selama Pandemi Ganggu Kesehatan Mental Anak dan Remaja

 

 


Schoolmedia News Jakarta ----- Hasil survei kesehatan mental remaja saat pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh UNICEF pada 2020, pembatasan aktivitas akibat Covid-19 mengakibatkan penyesuaian perubahan secara mendadak yang berisiko mengganggu kesehatan mental anak dan remaja. Dengan mencintai diri sendiri, anak atau remaja dapat menjaga kesehatan mental, memperkuat imun tubuh, hingga tumbuh menjadi pribadi yang tangguh.

“Ketika anak-anak dapat mencintai diri sendiri, mereka dapat menerima segala kelebihan tanpa merasa tinggi hati, tetapi juga berlapang dada untuk merangkul semua kekurangan diri tanpa ditutupi. Mencintai diri kita sendiri haruslah sepenuh hati dan tanpa syarat. Mencintai diri sendiri berarti percaya pada kemampuan diri sendiri, bersikap baik pada diri sendiri, dan dapat memaafkan diri sendiri saat kita melakukan hal buruk pada diri kita,” ujar Asisten Deputi Perumusan Kebijakan Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Budi Mardaya pada Webinar Series Self Love dengan tema Dear Self, I love You yang diselenggarakan oleh Kemen PPPA bersama UNICEF Indonesia sebagai rangkaian Hari Anak Nasional (HAN) 2021.

Menurut Budi, mencintai diri sendiri sangat penting agar kita dapat hidup lebih bahagia dan dapat memperkuat imun tubuh, sehingga kita bisa lebih sehat dalam setiap aspek kehidupan. Ketika kita sudah mencintai diri sendiri, berarti kita juga telah mengurangi risiko isu kesehatan mental. Dengan mencintai diri sendiri sejak dini, anak-anak juga dapat tumbuh menjadi pribadi yang mampu berdaya saing, karena memahami apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan diri.

Bagi seorang Youth Influencer, Mima Shafa mencintai diri sendiri merupakan sebuah perjalanan, perjuangan, dan proses dalam menerima diri sendiri.

“Sebuah hal yang wajar ketika kita pernah merasa ragu dengan diri sendiri, merasa gagal, hingga cemas. Dalam hidup ini kita memang mengalami masa senang dan susah. Hal tersebut merupakan suatu perjalanan dan perjuangan bagi kita untuk mencintai diri sendiri,” ungkap Mima. Ia juga mengaku bahwa remaja atau teman-teman di sekitarnya tak jarang mengalami kecemasan.

Motivational Speaker sekaligus penulis buku, Nyi Mas Diane mengatakan gangguan kesehatan mental remaja cenderung ditandai dengan perubahan mood yang berlangsung lama, cemas dan takut berlebihan, perubahan perilaku secara ekstrem, perubahan fisik (berat badan naik atau turun secara drastis), dan kurang konsentrasi. Namun, Diane menegaskan agar anak-anak atau remaja jangan melakukan diagnosa sendiri, harus meminta pertolongan kepada pihak medis atau profesional.

Hal-hal yang bisa dilakukan remaja ketika mengalami kecemasan diantaranya pertama, sadari bahwa kecemasan adalah hal yang wajar. Kedua, cari informasi yang benar dari sumber terpercaya. Ketiga, terbuka kepada orangtua, guru, atau konselor tentang perasaan khawatirnya. Keempat, batasi melihat berita terkait Covid-19. Kelima, carilah pengalihan suasana dengan kegiatan yang menyenangkan. Keenam, hubungi teman-teman untuk jalin komunikasi.

Selain itu, Diane menambahkan untuk menjadi anak atau remaja dengan mental yang sehat adalah harus mencintai diri sendiri atau self love. Untuk mencintai diri sendiri terlebih dahulu kita harus menyadari atau mengenal diri sendiri, menghargai diri sendiri, memiliki kepercayaan diri, dan akhirnya dapat merawat diri sendiri.

Sementara itu, Psikolog Himpunan Psikologi Indonesia wilayah DKI Jakarta Raya (HIMPSI JAYA), Edward A. Sutardhio mengatakan selama pandemi Covid-19, anak-anak dan remaja dapat mencintai dirinya dengan merawat diri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan 3M (Mencuci tangan dengan sabun, Memakai masker, Menjaga jarak), tidur dan istirahat cukup, olah raga, makan-makanan bergizi secara cukup, beribadah, berkomunikasi dengan teman, dan mencoba hal-hal baru.

 

Budaya Mendongeng

Rangkaian acara peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2021 terus berlangsung. Acara "Mendongeng Budayaku" mengisi rangkaian HAN 2021 untuk mengajak anak belajar bersama budaya Indonesia dengan cara yang asyik.

"Acara ini terselenggara atas arahan Menteri Sosial, Ibu Tri Rismaharini, agar anak Indonesia mengenalkan budaya Indonesia seperti dongeng, bahasa daerah, tarian daerah, makanan khas, pakaian adat hingga tempat wisata khas di beberapa daerah di Indonesia," Ungkap Direktur Rehabilitasi Sosial Anak, Kanya Eka Santi saat ditemui di ruang kerjanya.

Selain itu, Acara ini juga untuk meningkatkan minat anak-anak dalam membaca dan mendengar dongeng-dongeng setiap daerah. Walau tidak semua budaya ditampilkan, namun dengan beberapa dongeng, bahasa daerah, tarian daerah, makanan khas, pakaian adat hingga tempat wisata khas daerah ini bisa mengenalkan kembali betapa kaya budaya Indonesia.

Acara ini menghadirkan pendongeng terkenal di Indonesia, Rona Mentari yang akrab disapa Kak Rona. Beliau menceritakan sebuah dongeng rakyat Jambi yang berjudul "Kelingking". 

Dongeng yang mengisahkan seseorang bertubuh kecil namun mampu mengusir raksasa yang selalu mengganggu kampungnya dengan cara yang unik dan penuh keberanian. Dongeng ini menyita perhatian anak-anak yang hadir secara virtual.

Antusias anak-anak terlihat kala dongeng selesai diceritakan. Mereka bisa menjawab beberapa pertanyaan terkait dongeng, mulai dari daerah asal dongeng tersebut, tokoh-tokoh yang berperan dalam dongeng hingga pesan moral dari dongeng tersebut.

Salah satu Anak, Bingen menjawab pesan moral dari dongeng tersebut. "Pesan moralnya kita tidak boleh meremehkan orang yang bertubuh kecil," jawabnya dengan semangat. 

Seraya Kak Rona membenarkan jawaban Bingen dan menyempurnakannya. "Betul sekali pesannya. Jadi apabila kita punya banyak keterbatasan, apapun itu kita tidak boleh berkecil hati, karena pasti ada kelebihan dibalik keterbatasan itu," jelas Kak Rona.

Acara ini diisi oleh penampilan anak-anak, yaitu Naura Fatihah asal Palembang yang mendongeng cerita rakyat Palembang berjudul “Jugil”. Dilanjutkan dengan penampilan Arnesta dari Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur yang mendongeng cerita rakyat Alor berjudul "Bunanema dan Kallang Buri".

Dalam acara ini juga ditampilkan video tarian khas dari beberapa daerah di Indonesia diantaranya Tari Japin Melayu dari Sumatera, Tari Topeng Panji dari Cirebon, Tari Indang dari Sumatera Barat, Tari pontatnu dari Sulawesi, Tari Tor Tor  Kreasi dari Sumatera Utara, Tari Jaipong dari Jawa Barat dan Tari Yapong dari Jakarta.

Di akhir acara, panitia mengumumkan para pemenang Lomba Mendongeng dan Lomba Menari bagi anak-anak. Kategori mendongeng dimenangkan oleh Naura Fatihah dari Palembang, Andi Azizah dari Ciamis, Arnesta dari Alor, Athifatur Zafira dari Bengkulu dan Eko Subagio. 

Kemudian kategori Lomba Menari dimenangkan oleh Rumah Kreatif Wijaya Barudak Lembur, Nikeisha Adhry Aurelia, Dira dari Laskar Tari, Melaya, Naysa Nathaniela, pandemic Titen, dan Khansza Nurani Tari Canting Mas.

"Kami berharap acara ini bisa mengajak anak-anak untuk belajar bersama dengan cara yang asyik agar anak-anak tidak terbebani," pungkas Kanya.

Acara "Mendongeng Budayaku" ini diselenggarakan secara virtual dan dihadiri lebih dari 500 anak melalui virtual meeting dan youtube Kementerian Sosial RI

Penulis   : Tim Schoolmedia 

Berita Regional Selanjutnya
Siswa MAN 1 Jombang Jadi Duta IMUN Conference 2021
Berita Regional Sebelumnya
Meriahkan HAN 2021, Digelar Lomba Lagu Anak Dan Gebyar Dongeng

Berita Regional Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar