Cari

DKI Jakarta, Kota Jakarta Pusat

In Memoriam Pdt Dr Saritua Nababan, Tokoh Gerakan Oikumene Gereja Dunia

 

In Memoriam Pdt Dr Soritua Nababan, Tokoh Gerakan Oikumene Gereja Dunia Berpulang

 Schoolmedia News Jakarta --- Gereja-gereja di Indonesia (PGI) kehilangan tokoh gereja yang sangat berpengaruh dalam gerakan oikoumene, baik di kancah nasional maupun internasional, dengan berpulangnya Pdt Dr Soritua AE Nababan, LLD, Sabtu (8/5), pukul 16.18 WIB di RS Medistra, Jakarta, setelah dirawat beberapa hari akibat gangguan pernafasan.

Pdt. Nababan adalah seorang pendeta dan tokoh gereja di Indonesia, lahir pada 1933. Menempuh pendidikannya di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta dan lulus pada 1956 dengan gelar Sarjana Theologia. Ia mendapat beasiswa dan melanjutkan pendidikannya di Universitas Heidelberg dan lulus dengan gelar Doktor Theologia pada 1963. Pada 1987-1998 ia menjabat sebagai Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), sebuah gereja beraliran Lutheran di Indonesia. Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia pada 1967-1984 dan kemudian Ketua Umum MPH PGI pada 1984-1987. Pada Sidang Raya ke-9 Dewan Gereja-gereja se-Dunia di Porto Alegre, Brasil pada tahun 2006, Almarhum terpilih menjadi salah seorang Presiden WCC.

Almarhum meninggalkan isteri, Alida Nababan, dan 3 anak serta enam cucu. Peran penting Nababan dalam gerakan oikoumene internasional adalah kegigihannya memperjuangkan keadilan lebih daripada sekedar perdamaian. Selama keadilan ekonomi Utara-Selatan tidak diperbaiki, maka perdamaian dunia tidak akan tercapai. Olehnya, beliau selalu mendesak Dewan Gereja se Dunia untuk mengagendakan bantuan gereja-gereja di Utara kepada gereja-gereja di Selatan.Dan itu bukan sebagai hadiah, tetapi adalah hak dari negara-negara di Selatan, karena telah dihisap selama ini oleh ketimpangan Utara-Selatan.

Kesaksian Ketum PGI

Ketua Umum PGI, Pdt Gomar Gultom dalam akun sosial media miliknya memberikan kesaksian kehilangan tokoh gereja yang memberi pengaruh besar dalam perjalanan hidupnya. Berikut pernyataan Pdt Dr Gomar Gultom. Begitu turun dari mimbar seusai melayankan firman pada Perayaan 45 Tahun POUK DKI Jakarta, Pdt Gomar dibisikin Pdt Retno Ngapon, “Bang, ada berita Dr Nababan meninggal”. Saya segera keluar sebentar menelepon Hotasi Nababan, putra sulung Nababan. “Iya, Bang, tadi pukul 16.18”, jawab Hotasi.

Ah, saya serasa tak mampu berkata apa-apa. Sebelum berangkat ke Perayaan ini, tadi Loli J Simanjuntak mewanti-wanti saya untuk tidak lupa mendoakan Pak Nababan yang sedang kritis di RS Medistra. Tak dinyana kalau sore ini saya harus kehilangan seorang sosok yang begitu besar pengaruhnya dalam perjalanan hidup saya. Beliau seorang tokoh besar, semua mengakuinya.

Beliau pernah menjadi Sekum dan Ketum PGI, dan menjadi senior dan tutor saya dalam banyak hal di PGI. Beliau juga pernah menjadi Ephorus HKBP, dan bertahun-tahun saya menjadi salah satu staf Kantor Pusat di bawah pimpinan beliau. Tapi lebih dari pada itu, saya memiliki perjalanan panjang dalam tuntunan beliau. Sejak mahasiswa saya sudah mendapat bimbingan langsung darinya. Entah angin apa yang merasuki beliau hingga di suatu hari, pada 1979, saat saya memasuki tahun kedua di STT Jakarta, beliau memanggil saya di katornya di Salemba Raya 10.

Dan sejak itu, ada beberapa kali lagi saya selalu mendapat panggilan mendadak seperti itu darinya. Saat menjalani masa vikariat, masa pelayanan sebagai calon pendeta, pun saya beberapa kali mendapat “hadiah” darinya, berupa nasehat dan bimbingan. Siapa tidak bangga, beliau waktu itu menjabat Sekum PGI, dan anggota Parhalado Pusat HKBP.

Dan ketika saya memulai kehidupan rumah tangga dengan Loli, beliau pulalah yang memberkati perkawinan kami di HKBP Rawamangun. Ketika itu beliau menjabat sebagai Ephorus HKBP. Itu kenangan dalam perjalanan saya pribadi, di tengah gumul dan juang beliau dalam gerakan oikoumene.

Beliau meninggalkan jejak yang sangat dalam di gerakan oikoumene, baik secara nasional maupun mondial. Salah satu peran penting Nababan dalam gerakan oikoumene mondial adalah kegigihannya memperjuangkan keadilan lebih daripada sekedar perdamaian. Dalam perumusan JPIC (Justice, Peace and Integrity of Creation) pada akhir 70-an, gereja-gereja di belahan Utara cenderung mendahulukan Perdamaian baru kemudian Keadilan.

Tapi Nababan selalu ngotot: menurutnya keadilan harus lebih dahulu, karena tanpa keadilan, perdamaian itu semu. Akhirnya WCC memang merumuskan justice dulu baru Peace. Perdebatan yang kurang lebih sama terjadi menjelang SR DGD di Busan, 2011.

Dia dengan keras menolak perumusan just peace, sebagaimana diusulkan oleh Central Committee. Dan untuk itu, beliau selalu mendesak saya dan Pak Yewangoe agar PGI bersama gereja-gereja di Asia kembali mengedepankan keadilan Ini. Selama keadilan ekonomi Utara-Selatan tidak diperbaiki, menurut beliau, maka perdamaian dunia tidak akan tercapai.

Olehnya, beliau selalu mendorong Dewan Gereja se Dunia untuk mengagendakan bantuan gereja-gereja di Utara kepada gereja-gereja di Selatan. Dan beliau selalu menekankan bahwa itu bukan sebagai hadiah dari gereja di belahan Utara, tetapi adalah hak dari negara-negara di Selatan, karena telah dihisap selama ini oleh ketimpangan Utara-Selatan.

Sumbangan penting lainnya dari Dr Nababan untuk gereja-gereja di Indonesia adalah membantu perumusan sikap gereja menghadapai UU no 8 tahun 1985 tentang Ormas. Saat itu gereja mengalami kesulitan tentang azas tunggal Pancasila, sebab akan bertentang dengan alkitab yang mengatakan Kristuslah dasar gereja dan tidak ada yang bisa menggantikan itu.

Selama setahun PGI menolak memasukkan azas tunggal itu dalam tata dasar gereja, hingga akhirnya dirumuskan seperti yang kita kenal sekarang: Dimulai dengan Pengakuan: PGI mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia serta Kepala Gereja, .....sesuai dengan Firman Allah dalam Alkitab (1Kor 3:11): “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan yaitu Yesus Kristus”.

Sesudah pasal yang berbunyi barulah masuk ke Pasal tentang Azas, yang berbunyi: “Dalam terang pengakuan yang tercantum dalam pasal di atas, PGI berazaskan Pancasila dalam kebidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”

Jangan Tunda Berbuat Baik

“Jangan pernah menunda perbuatan baik!”, entah berapa kali hal ini saya utarakan kepada kolega saya di kantor, baik saat saya melayani di Pearaja, Tarutung, maupun di Salemba, Jakarta. Tapi kali ini justru saya yang tidak melaksanakannya dengan baik. Sudah sejak dua minggu lalu saya dan Ibu Henriette Lebang (Ara Manahara) bermaksud silaturahim menjenguk Pdt Dr Soritua Nababan ke rumahnya. Sayang sekali selalu tertunda, dan akhirnya menyepakati nanti saja, pada saat ultah beliau ke-88, 24 Mei yang akan datang.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak! Sebelum kunjungan kami terlaksana, Pak Nababan sudah meninggalkan dunia yang fana ini. Saya hanya bisa menyesali diri, dalam kesedihan mendalam atas kepergiannya. Saya hanya bisa mencoba menghibur diri dengan mendampingi beliau saat-saat dimandikan oleh putra sulungnya, Hotasi Nababan.

Saya menyaksikan bagaimana Hotasi dengan teliti menyabuni tubuh beliau dengan sentuhan penuh kasih. Ini untuk pertama sekali dalam hidup saya berada di ruang pemulasaran jenazah. Saya dan Hotasi turut mendampingi dan menyaksikan paramedis melakukan proses formalin, memakaikan pakaian dan make-up beliau.

Dan saya tak dapat menahan airmata saat ikut memakaikan toga kependetaannya. Terakhir, saya memakaikan kain putih sebagai bef jubah pendetanya. “Inilah terakhir kali saya melayanimu”, bisik saya dalam hati. Tetapi tetap saja hal itu tak dapat mengobati penyesalan yang sangat dalam, menunda —yang akhirnya tak kesampaian bersilaturahim saat beliau masih hidup.

Ya, Tuhan, saya harus lebih mendisiplinkan diri lagi untuk tidak menunda perbuatan baik. Selamat jalan senior, guru, mentor dan orangtuaku terkasih. Lelaplah dalam rengkuhan kasih Allah yang abadi. Nyanyian para malaikat kini menyambutmu!

 

Penulis : Eko Schoolmedia

Berita Regional Selanjutnya
Pameran Foto Virtual UGM Dalam Pusaran Pendidikan 2 Mei hingga 2 Juni 2021
Berita Regional Sebelumnya
Pegawai Negeri Sipil Nekad Lakukan Mudik Akan Ditindak Tegas

Berita Regional Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar