Cari

Tiga Profesor Riset Baru Perkuat Jajaran BATAN

Tiga Profesor Riset Baru Perkuat Jajaran BATAN. foto: news.schoolmedia.id

SCHOOLMEDIA NEWS, Jakarta - Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Anhar Riza Antariksawan mengukuhkan 3 Profesor Riset di Auditorium Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR)-BATAN, Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta Selatan, Rabu (20/11). Ketiga profesor riset tersebut adalah Dani Gustaman Syarif sebagai profesor riset ke-53 di bidang material keramik, Budi Setiawan sebagai profesor riset ke-54 di bidang kimia fisika, dan Heni Suseno sebagai profesor riset ke-55 di bidang kimia radiasi.

Kepada wartawan Anhar mengharapkan dengan bertambahnya jumlah profesor riset di BATAN, maka kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan iptek nuklir semakin maju, khususnya di ketiga bidang itu yakni material keramik, kimia fisika, dan kimia radiasi.

"Dengan semua pengalaman riset yang telah dilakukan ketiga Profesor Riset ini, maka kita berharap akan dapat menjadi pendorong bagi para peneliti muda di Batan,” kata Anhar. 

 

Baca juga: BPJS Kesehatan Antisipasi Tren Perpindahan Kelas Kepesertaan

 

Anhar juga berharap Transfer of knowledge dan kepakaran para Profesor Riset ini juga diharapkan dapat terus dilakukan kepada para peneliti muda Batan. "Jadi, keberlangsungan penelitian dapat dijaga dan mampu menghasilkan hasil riset yg lebih komprehensif dari tahun ke tahun," ungkapnya.

Dani Gustaman Syarif mengawali karirnya di BATAN pada tahun 1984 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan, kemudian pindah ke BATAN Bandung pada tahun 1985 hingga sekarang. Sampai saat ini, Dani Gustaman telah menghasilkan 151 publikasi ilmiah baik yang ditulis sendiri maupun dengan penulis lain.

Dalam orasinya, Dani mengatakan, nanofluida adalah kandidat fluida pendingin baru yang akan menggantikan fluida konvensional seperti air, etilon, glikol, minyak, dan lain-lain. 

"Dari sisi ekonomi, nanofluida berpotensi diproduksi di Indonesia dari bahan lokal yang berlimpah, terutama mineral seperti bauksit, zirkon, yarosit, pasir besi, dolomit, dan monasit," kata Dani.

Menurut Dani, usaha produksi ini juga merupakan usaha peningkatan nilai tambah bahan lokal. Dalam aplikasinya di bidang reaktor, nanofluida berpotensi meningkatkan ekonomi dan keselamatan reaktor nuklir.

 

Baca juga: Jubir Presiden: Pengumuman AS Soal Permukiman Batal Demi Hukum

 

Sementara itu, Budi Setiawan, sebagai profesor riset bidang kimia fisika mengawali karirnya sebagai Ajun Peneliti Utama pada tahun 1996. Hingga saat ini, ia telah menghasilkan 93 Karya Tulis Ilmiah baik yang ditulis sendiri maupun dengan orang lain.

Budi Setiawan dalam pemaparannya mengatakan, meningkatnya aplikasi iptek nuklir di berbagai aspek kehidupan dapat meningkatkan volume dan jenis limbah radioaktif. Penyiapan fasilitas disposal limbah radioaktif di masa depan akan menjadi tantangan nyata bagi BATAN.

"Bahan alam Indonesia dapat berkontribusi menjawab tantangan permasalahan keselamatan fasilitas disposal. Untuk keperluan tersebut, maka kemampuan serap terhadap Cs-137 oleh bahan alam seperti tanah lempung, bentonit, kaolin dan pasir kuarsa harus dipelajari secara berkelanjutan," kata Budi Setiawan.

Kondisi yang selamat dari suatu fasilitas disposal menurut Budi Setiawan, merupakan implikasi dari kemampuan suatu fasilitas disposal mengisolasi paket limbah radioaktif. Lolosnya radionuklida seperti Cs-137 ke lingkungan, yang diindikasikan dengan tingginya konsentrasi Cs-137 di badan air(?) dan laju dosis ke lingkungan menunjukkan lemahnya kemampuan suatu fasilitas disposal mengisolasi limbah radioaktif. 

Sedangkan Heny Suseno yang menjadi Profesor Riset bidang kimia radiasi mengawali karir jabatan fungsional peneliti sebagai peneliti ahli muda pada tahun 1997. Selama karirnya, ia telah menghasilkan 59 karya tulis ilmiah baik yang ditulis sendiri maupun bersama penulis lainnya.

 

Baca juga: Kemenpan-RB Turunkan Nilai Penerimaan Kelulusan CPNS 2019

 

Dalam orasinya, Heny Suseno mengatakan, Indonesia telah siap melaksanakan secara penuh dan komprehensif dalam studi radioekologi kelautan. Studi tersebut sangat bermanfaat untuk pra pembangunan PLTN, proteksi lingkungan terkait operasional fasilitas nuklir maupun antisipasi masuknya kontaminan radioaktif ke perairan laut Indonesia.

"Studi radioekologi kelautan ini tidak terbatas pada monitoring lingkungan saja namun ditambahkan pemodelan dispersi, bioakumulasi dan kajian resiko. Base line data nasional terkait radioaktivitas di perairan laut telah dihasilkan dan dapat dijadikan acuan sebagai pembanding dan untuk memprediksi konsentrasi dan kecenderungannya di masa yang akan datang," kata Heny Suseno.

Heny menjelaskan, implementasi teknik nuklir berkontribusi dan melengkapi studi dinamika lingkungan, salah satunya adalah bioakumulasi logam berat. Penggunaan perunut radioaktif pada studi ini berkontribusi dalam perbaikan riset konvensional yang selama ini dilakukan dan dihasilkan data yang lebih realistik yang merepresentasikan kondisi ekosistem yang sebenarnya.

Lipsus Selanjutnya
Indonesia Kirim Cabor Obstacle Course Race ke SEA Games 2019 Filipina
Lipsus Sebelumnya
BPJS Kesehatan Antisipasi Tren Perpindahan Kelas Kepesertaan

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar