Cari

Mensos Targetkan Angka Kemiskinan Turun Jadi 9 Persen

Ilustrasi kemiskinan, Foto: Pixabay

 

SCHOOLMEDIA NEWS, Banjarmasin - Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pihaknya menargetkan angka kemiskinan di Indonesia pada akhir tahun 2019 turun menjadi 9 persen dari tahun sebelumnya 9,66 persen.

"Hasil pendataan BPS, angka kemiskinan September 2018 sebesar 9,66 persen dan turun 9,41 persen pada April 2019 dan ditargetkan pada akhir 2019 turun menjadi 9 persen," kata Agus di Banjarbaru, Rabu 24 Juli 2019.

Ia mengatakan hal tersebut usai pengarahan kepada peserta pendidikan dan pelatihan pada pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) Family Development Session (FDS) e-learning Program Keluarga Harapan Angkatan XV, XVI, XVII di Aula Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional Kalimantan.

Angka kemiskinan sebesar 9,41 persen, kata Agus, jika dikonversi ke jumlah penduduk mencapai 25 juta jiwa. Angka tersebur, ia anggap masih besar namun pihaknya optimistis angka itu turun hingga akhir tahun.

"Target kami, tahun 2020 angka kemiskinan Indonesia mencapai 9 persen dan saya sebagai mensos tentu bangga jika pada tahun 2024 angka kemiskinan bisa ditekan menjadi 6 persen," kata Agus.

 

Baca juga: Air Menghitam, Tumpahan Minyak Mentah Pertamina Sudah Menyebar di 7 Desa

 

Menurut dia, selain penurunan angka kemiskinan, tingkat gini ratio juga membaik tergambar dari bulan September 2018 sebesar 0,384, dan angkanya sudah diperbaiki dan menurun menjadi 0,381.

Ia melanjutkan, untuk memperbaiki atau menurunkan angka kemiskinan saja bagi pemerintah sudah cukup sulit tetapi kenyataannya justru berhasil secara bersamaan juga memperbaiki gini ratio.

Disebutkan, dana bantuan sosial juga semakin meningkat, awal 2014 ketika Presiden Joko Widodo dilantik, anggaran bansos Rp 19 triliun dan tahun 2018 naik Rp 55 triliun hingga 2019 naik sebesar Rp 59 triliun.

"Kenaikan anggaran pembangunan kesejahteraan sosial masa Presiden Jokowi menunjukkan komitmen yang tinggi dan lima tahun kepemimpian beliau, tekanan ekonomi khususnya dari luar negeri itu berat dan besar sekali," katanya.

 

Baca juga: Tingkatkan Budaya Baca, Guru SMAN 7 Pekanbaru Ciptakan Mobil Literasi

 

Tekanan ekonomi dari luar negeri itu, kata Agus, memengaruhi kekuatan fiskal yang akan berpengaruh pada sektor-sektor dalam APBN namun pemerintah konsisten dan komitmen menghadapi tantangan dan tekanan ekonomi.

Sementara itu, Agus menjelaskan, perekonomian Indonesia saat ini menghadapi tantangan global luar biasa besar ditambah perang dagang antara Amerika dan Tiongkok.

"Semuanya memengaruhi dan kemampuan negara melalui sektor strategisnya menjadi berkurang sehingga ekspor juga berkurang dan memengaruhi kemampuan fiskal khususnya anggaran pusat," ujarnya.

Meski demikian, di tengah tekanan ekonomi luar negeri, pemerintah justru meningkatkan anggaran untuk pembangunan kesejahteraan sosial melalui program bansos termasuk anggaran untuk Program Keluarga Harapan (PKH).

"Biasanya, negara di dunia apabila mendapat tekanan ekonomi tinggi maka pembangunan kesejahteraan sosial atau bantuan sosial ditiadakan namun pemerintah Indonesia dalam tekanan luar biasa berat mengalokasikan anggaran sosial semakin meningkat dari tahun ke tahun," katanya.

Lipsus Selanjutnya
Pusaran Narkoba Ada di Lingkungan Kampus Ibukota
Lipsus Sebelumnya
Dinkes Kulon Progo: Ada 3.167 Balita Terkena Stunting

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar