Cari

Ditjen PAUD Dikdasmen Ajak Sekolah Bergerak Maju, Gunakan Kecanggihan Teknologi IFP secara Cerdas dan Beretika


Ditjen PAUD Dikdasmen Ajak Satuan PAUD Bergerak Maju, Guru Diminta Gunakan Kecanggihan Teknologi IFP secara Cerdas dan Beretika

Schoolmedia News Bogor  ==  Kementerian Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan komitmennya dalam mentransformasi pembelajaran di satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui digitalisasi pembelajaran dengan menyediakan 64.191 Interactive Flat Panel (IFP) kepada satuan PAUD.

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal PAUD Dikdasmen, Gogot Suharwoto Ph.D, dalam sambutan tertulisnya  yang dibacakan serentak pada Bimbingan Teknis (Bimtek) Digitalisasi Pembelajaran yang diselenggarakan di tiga kota, yaitu Bogor, Surabaya, dan Padang, dari tanggal 17 hingga 19 September 2025.

Dalam sambutannya, Dirjen PAUD Dikdasmen Gogot Suharwoto menekankan bahwa digitalisasi pembelajaran merupakan keniscayaan dan sebuah cara, bukan tujuan akhir. Ia mengingatkan bahwa inti dari transformasi pendidikan adalah meningkatkan mutu proses belajar dan pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan melalui sarana IFP.

Hadirnya IFP di ruang kelas diharapkan menciptakan suasana belajar yang berpusat pada siswa, mendorong partisipasi aktif, mengembangkan kreativitas, mencapai tujuan pembelajaran, serta menciptakan pengalaman belajar yang tidak membosankan. Konsep ini menekankan pentingnya "belajar sambil berbuat" (learning by doing), pemanfaatan teknologi dan lingkungan sebagai sumber belajar, serta peran guru sebagai fasilitator dan motivator yang kreatif.

Hadirnya IFP keruang kelas diseluruh jenjang pendidikan di Indonesia diharapkan akan membuat ekosistem pembelajaran di sekolah membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan karena beberapa hal yaitu;

●      Aktif: Siswa terlibat secara langsung, bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.

●      Interaktif: Terjadi komunikasi dan interaksi antara siswa, guru, dan sumber belajar.

●      Kreatif: Guru menciptakan kegiatan beragam dan siswa mampu mengembangkan kemampuan kreatifnya untuk menghasilkan sesuatu.

●      Efektif: Pembelajaran mencapai tujuan secara efisien, dengan "time on task" (waktu perhatian) siswa yang tinggi dan pemahaman yang mendalam.

●      Menyenangkan: Suasana belajar yang gembira dan tidak membosankan sehingga siswa dapat memusatkan perhatian penuh pada pembelajaran.

“Yang kita harapkan dari digitalisasi pembelajaran adalah mutu proses belajar dan pembelajaran yang inklusif—bukan sekadar menambah perangkat,” ujarnya.

Tiga Dimensi Smart Classroom

Kemendikdasmen, menurut Gogot, mendorong terwujudnya Smart Classroom yang menyeimbangkan tiga dimensi utama: teknologi, lingkungan belajar, dan proses pembelajaran. Ia menyoroti pentingnya penggunaan teknologi secara cerdas dan beretika, terutama di jenjang PAUD.

Gogot Suharwoto menegaskan bahwa teknologi tidak akan pernah menggantikan peran pendidik. Anak usia dini belajar terbaik saat seluruh inderanya terlibat. Oleh karena itu, digitalisasi di PAUD berfokus pada tiga hal yang saling terkait: perangkat interaktif, program konten yang tepat, dan interaksi hangat yang difasilitasi oleh pendidik.

Salah satu perangkat yang menjadi fokus dalam program ini adalah Interactive Flat Panel (IFP). Perangkat ini disebut sebagai pengganti papan tulis atau proyektor yang memungkinkan kolaborasi langsung antara pendidik dan anak.

Gogot menjelaskan bahwa IFP berbeda dari televisi pintar karena memungkinkan interaksi dua arah, seperti menulis, membuat anotasi, dan bekerja sama secara real-time.

Manfaat penggunaan IFP di PAUD, kata Gogot, antara lain:

●       Meningkatkan antusiasme dan partisipasi anak.

●       Mempermudah pemahaman karena materi yang visual dan interaktif.

●       Memungkinkan personalisasi pembelajaran.

●       Memberikan akses ke sumber global.

●       Mempermudah evaluasi dan umpan balik.

●       Mendukung kolaborasi dan inovasi kurikulum.

●       Menciptakan efisiensi dalam kelas.

Mengelola Tantangan dan Risiko Digital

Meskipun demikian, ia juga mengakui adanya tantangan yang harus dikelola. Tantangan tersebut meliputi infrastruktur yang belum merata, literasi digital, pendanaan untuk pemeliharaan perangkat, serta integrasi pedagogi. Ia juga mengingatkan pentingnya mewaspadai risiko seperti ketergantungan gawai, hoaks, jejak digital, dan perlindungan data pribadi.

“Jangan sampai anak-anak kita menjadi generasi yang ‘melek digital’ namun lalai etika digital,” tegasnya.

Gogot Suharwoto menekankan pendekatan yang bertahap, terukur, dan kontekstual. Ia mengajak para pendidik untuk memulai dengan apa yang tersedia, memperkuat kompetensi, dan merancang alur pembelajaran yang sederhana, bermakna, serta menyenangkan.

Pendidik juga diingatkan untuk menjadikan keamanan data dan keamanan daring sebagai kebiasaan.

IFP sebagai "Undangan" untuk Belajar

Lebih lanjut, ia kembali mengingatkan bahwa IFP hanyalah alat untuk memantik rasa ingin tahu anak. Setelah perhatian anak terhimpun, aktivitas harus dilanjutkan ke kegiatan nyata, seperti bermain peran atau menyortir benda.

“Kita gunakan layar sebagai ‘undangan’ bagi anak untuk memantik rasa ingin tahu dan minat anak, kemudian lakukan aktivitas konkret untuk menguatkan pembelajaran,” jelasnya.

Gogot juga menekankan pentingnya menjaga etika dan keamanan digital, termasuk melindungi data pribadi anak dan mendapatkan persetujuan orang tua sebelum mendokumentasikan kegiatan. Ia berharap, penggunaan perangkat digital dapat berjalan dengan aman, bermakna, dan seimbang.

Menutup sambutannya, Gogot Suharwoto mengajak para pendidik untuk tidak menunggu semua sempurna untuk mulai bergerak. Dengan semangat kolaborasi, ia menyatakan Bimtek ini resmi dibuka dan berharap ikhtiar ini dapat melahirkan generasi emas Indonesia yang percaya diri, tangguh, dan cinta belajar.

Tim Schoolmedia

Lipsus Sebelumnya
Bimbingan Teknis Digitalisasi Pembelajaran Secara Simultan di Kota Bogor, Surabaya dan Padang

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar