Anggaran Rp 800 Miliar: Pintu Gerbang Pendidikan Berbasis Teknologi di Indonesia
Schoolmedia JAKARTA â Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mengambil langkah progresif dengan mengalokasikan anggaran fantastis sebesar Rp 750-800 miliar untuk dua program unggulan: pembelajaran mendalam (deep learning) dan koding-kecerdasan artifisial (AI). Anggaran ini, yang akan didistribusikan langsung ke sekolah, membuka jalan bagi transformasi digital dalam sistem pendidikan nasional.
Anggaran ini akan dibagikan rata untuk kedua program, dengan masing-masing mendapat setengahnya. Disampaikan oleh Direktur Jenderal PDM Kemendikdasmen, Gogot Suharwoto, alokasi dana ini diharapkan dapat memberdayakan sekolah secara mandiri. "Anggaran ini akan ditransfer langsung ke rekening sekolah," ungkapnya saat peluncuran program UOB My Digital Space di Balai Sarbini, Jakarta, Rabu (20/8/2025).
Tiga Pilar Belanja Anggaran: Training, Dokumen, dan Konten
Pemberian dana ini bukan tanpa aturan. Kemendikdasmen telah menetapkan tiga pos belanja utama yang dapat dibiayai oleh sekolah. Menurut Gogot, pos-pos tersebut adalah training, pembelian dokumen, dan berlangganan konten pembelajaran.
"Perangkat sudah kita kasih dari pusat, jadi uangnya untuk tiga hal itu," jelas Gogot. Anggaran ini dimaksudkan untuk melengkapi infrastruktur yang sudah ada, memastikan guru dan siswa siap menghadapi kurikulum baru.
- Training: Dana ini dapat digunakan untuk melatih guru, memastikan mereka memiliki kompetensi yang memadai untuk mengajarkan deep learning dan AI.
- Pembelian Dokumen: Sekolah dapat membeli buku panduan, modul, atau referensi pendukung lainnya.
- Berlangganan Konten Pembelajaran: Ini adalah salah satu poin penting. Sekolah dapat memilih untuk berlangganan konten pembelajaran digital dari lembaga penyedia, baik yang berbasis internet (plugged) maupun tanpa internet (unplugged). Untuk opsi tanpa internet, materi dapat disimpan dalam disk eksternal (USB flash drives).
Meskipun dana dikelola sekolah, Gogot menegaskan bahwa Kemendikdasmen tetap mengawasi. "Kita nggak ikut-ikut, tapi kita define (menjelaskan) di juknisnya (petunjuk teknis) apa yang bisa dibelanjakan, apa yang tidak bisa dibelanjakan," tegas mantan Atase Pendidikan di Kedutaan Besar Indonesia di Korea Selatan itu.
Anggaran Per Sekolah dan Adopsi Mata Pelajaran Pilihan
Program ini mencakup jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK. Rincian anggaran per sekolah bervariasi:
- SD: Rp 22,5 juta/sekolah
- SMP: Rp 35 juta/sekolah
- SMA/SMK: Rp 45 juta/sekolah
Menariknya, program koding-AI akan menjadi mata pelajaran pilihan. Ini memberikan fleksibilitas bagi sekolah untuk mengintegrasikannya ke dalam kurikulum mereka. Hingga saat ini, 45 ribu sekolah dilaporkan sudah siap melaksanakan mata pelajaran ini. Para pengajar untuk mata pelajaran koding-AI ini dilatih oleh mentor dari 89 lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat) yang bekerja sama dengan Kemendikdasmen.
Gogot Suharwoto meyakini bahwa koding dan AI bukan lagi sekadar kebutuhan, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari. Ia berharap, pengenalan koding-AI sejak dini tidak hanya bertujuan untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja, tetapi juga untuk membantu mereka beradaptasi dengan dunia yang semakin didominasi oleh teknologi.
"Kita perlu kenalkan bukan hanya untuk mencari kerja, tapi bagaimana kita hidup dengan dunia yang sudah dipenuhi dengan AI dan coding," pungkasnya. "Kita akan undang semua lembaga pendidikan untuk berkontribusi memastikan semua anak-anak Indonesia bisa belajar koding dan AI di masa sekarang."
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar