Cari

Pokja Genetik UGM Sebut Varian Delta Bisa Pengaruhi Respons Sistem Imun Manusia

 

 

Schoolmedia News Jakarta ----- COVID-19 varian B. 1617.2 atau delta telah merebak di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Hal tersebut dipastikan dari hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM yang keluar pada 11 Juni lalu. 

Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D., menjelaskan dari 34 sampel yang diperiksa, 28 diantaranya terkonfirmasi sebagai varian delta. Dari kasus yang terjadi di Kudus menunjukkan kemungkinan besar adanya transmisi lokal varian delta. 

“Sebelumnya sudah terdeteksi beberapa kasus, namun bersifat acak, dan sekarang sudah menjadi klaster di daerah Kudus. Artinya, kemungkinan besar sudah terjadi transmisi lokal di Indonesia, khususnya di Kudus. Tidak menuntup kemungkinan transmisi lokal juga keluar dari Kudus,”paparnya.

Beberapa daerah hampir semuanya mengalami tren kenaikan kasus Covid-19. Bahkan, beberapa daerah mengalami lonjakan signifikan menebus rekor harian. Hingga kemarin Minggu (20/6), kasus positif Covid-19 secara nasional bertambah 13.737 sehingga total kasus Covid-19 di Indonesia menjadi 1.989.909.

Kenaikan tajam kasus positif virus corona ini menurut epidemiolog UGM, Bayu Satria Wiratama, bukan disebabkan varian baru saja, namun karena masyarakat abai akan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilisasi. Selain itu, pemerintah dinilai masih kurang dalam melaksanakan upaya pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing) dan perawatan (treatment) atau dikenal dengan istilah 3T. “Kenaikan wajar karena 3T kurang dan masyarakatnya abai sama 5M,” kata Bayu Satria, Senin (21/6).

Naiknya jumlah kasus Covid-19 akhir-akhir ini, menurut Bayu, menyebabkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) perlu dievaluasi apalagi masyarakat semakin abai akan protokol kesehatan. “PPKM mikro harus dievaluasi. Jangan diperpanjang tanpa evaluasi apapun karena kita tidak tahu kendala apa yang menyebabkan gagalnya PPMKM mikro. Selain masalah 5M yang tidak dijalankan masyarakat, ada peran pemerintah yang kurang disana terutama soal lawan hoaks dan orang-orang yang suka menyebarkan informasi salah,” tegasnya.

Meski kenaikan kasus positif Covid-19 tidak hanya terjadi di tanah air, namun beberapa negara yang dulunya dianggap sukses menekan laju covid mengalami hal yang sama. Soal ini Bayu tidak sependapat bahwa kenaikan ini menjadi alasan, sebab kondisi Indonesia dan negara lain berbeda. “Di Indonesia dari awal pemerintahnya tidak solid, 3T tidak merata dan cenderung kurang semua di banyak daerah. Lalu, masyarakat sering abai, kita lebih parah lagi,” ungkapnya.

Disamping itu, Bayu Satria menilai varian baru bukan 100% penyebab utama dari naiknya kasus Covid-19 di tanah air, namun kombinasi antara protokol kesehatan yang dilanggar terus menerus melalui pelonggaran disertai varian baru.

Soal munculnya wacana untuk melakukan lockdown untuk menekan laju kenaikan Covid-19, Bayu menyarankan pemerintah pusat dan daerah jangan terburu-buru dalam mengambil suatu kebijakan. Sebab, menurutnya apapun kebijakan yang diambil harus dilakukan dengan mempertimbangkan data yang jelas. “Harus ada dasar yang jelas dari data maupun lainnya termasuk aspek epidemiologinya. Yang sering terjadi adalah kebijakan diambil tanpa pertimbangan yang jelas kemudian tidak pernah dievaluasi,” pungkasnya.

Gunadi mengatakan varian delta telah ditetapkan WHO menjadi Variant of Concern (VoC) pada tanggal 31 Mei 2021 karena berdampak besar terhadap kesehatan masyarakat secara global. Varian ini dimasukan dalam kategori VoC karena memenuhi satu atau lebih dari tiga dampak yang ditimbulkan yakni daya transmisi, tingkat keparahan pasien, dan memengaruhi sistem imun manusia. 

Varian delta telah terbukti menimbulkan dua dampak yaitu lebih cepat menular dan mampu memengaruhi respons sistem imun manusia. Transmisi yang begitu cepat telah terlihat pada kasus di India dan Kudus itu sendiri. 

“Varian delta ini bisa menurunkan respons sistem imun kita terhadap infeksi COVID-19, baik respons imun yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah maupun vaksin,”urainya. 

Mengingat dampak yang ditimbulkan varian delta cukup serius, Gunadi meminta masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes) pencegahan COVID-19. Hal tersebut berlaku bagi seluruh masyarakat di tanah air, termasuk yang telah melakukan vaksinasi. Sebab, re-infeksi Covid-19 masih bisa terjadi setelah divaksin.

 “Prokes harus diperketat. Meski sudah vaksin prokes tidak boleh longgar,” tegasnya.

Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM, dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D., meminta masyarakat di tanah air untuk tidak panik menghadapi situasi saat ini. Namun, tetap waspada dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan. 

"Jangan panik, tetapi terus waspada menerapkan prokes untuk mencegah penyebaran varian baru tersebut," katanya.

Dosen FK-KMK UGM ini menjelaskan per 11 Mei 2021 lalu, WHO telah meningkatkan status varian COVID-19 B.1.617 dari Variant of Interest (VoI) menjadi Variant of Concern (VoC) di level global. Artinya, varian tersebut dinyatakan patut diwaspadai penyebarannya karena telah terbukti memengaruhi kecepatan transmisi/lebih mudah menyebar. 

WHO menyatakan varian COVID-19 yang masuk dalam kategori VoC harus diawasi secara ketat untuk mengetahui perkembangan pandemi.  Negara-negara dunia dapat meningkatkan kemampuan melakukan pengawasan VoC dengan memperbanyak tes whole genome sequencing (WGS).  

"Tentunya hal ini harus menjadi perhatian bersama khususnya masyarakat Indonesia, mengingat varian ini telah dideteksi di Indonesia dan juga statusnya naik jd VoC," paparnya. 

Adanya perubahan status terhadap varian B.1.617 tersebut menambah varian baru virus corona yang berstatus VoC menjadi 4 varian. Sementara tiga varian lainnya yang juga dikategorikan sebagai VoC pada level global adalah varian B. 1.17 asal Inggris,  varian B. 1.351 dari Afrika Selatan,  serta varian P. 1 dari Brazil.

Penulis  : Eko Schoolmedia 

 

Lipsus Selanjutnya
Sempat Terkendali, 8 Negara Ini Kesulitan Akibat Varian Baru COVID-19
Lipsus Sebelumnya
40 % Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Lewat UMKM

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar