Pemerintah akan menjadikan kegiatan rohani Pekan Suci Paskah Semana Santa yang sudah berusia 500 tahun menjadi event nasional. Bupati Flores Timur Antonius Hubertus Gege Hajon menyambut baik rencana Kemenag mengangkat tradisi Perayaan Semana Santa di Larantuka ke level nasional bahkan dunia. Foto : Dok Flores Timur
Schoolmedia News, Jakarta - Tradisi Semana Santa atau Perayaan Pekan Suci Paskah di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur kerap ditunggu-tunggu gelarannya karena menyajikan event yang sangat menarik. Semana Santa telah menjadi ikon kuat Flores Timur (Flotim) dan mengundang ribuan peziarah serta wisatawan setiap tahunnya.
Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama (Kemenag) Yohanes Bayu Samodro berharap perayaan Semana Santa di Larantuka bisa dijadikan sebagai event nasional dalam bingkai kerukunan umat beragama. Sebab, perayaan keagamaan tersebut tidak hanya melibatkan umat Katolik, tetapi juga menyertakan banyak pihak dalam suasana toleransi atau kerukunan umat beragama.
"Bapak Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mempunyai perhatian akan perayaan ini dan mempunyai harapan akan menjadikan Larantuka sebagai ikon Katolik dan kebangsaan di tingkat nasional, bahkan dunia," ujar Yohanes Bayu Samodro saat bertemu Bupati Flores Timur Antonius Hubertus Gege Hajon, di rumah jabatan Bupati Flotim,
Semana Santa atau Hari Bae adalah ritual perayaan Pekan Suci Paskah yang dilakukan selama tujuh hari berturut-turut oleh umat Katolik di Larantuka, Flores Timur. Kata semana santa berasal dari bahasa Portugis semana yang berarti "pekan" atau "minggu" dan santa yang berarti "suci".
Secara keseluruhan, semana santa berarti pekan suci yang dimulai dari Minggu Palma, Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci hingga perayaan Minggu Halleluya atau Minggu Paskah. Semana Santa merupakan ikon dari Flores Timur dan menjadi daya tarik tarik tersendiri, baik bagi peziarah maupun wisatawan. Selain menggeliatkan ekonomi dan pariwisata, tradisi ini juga menjadi wujud toleransi antar umat beragama di Flores Timur
Pengaruh Portugis sangat terasa pada kehidupan umat Katholik di Larantuka. Hal inilah yang menyebabkan Larantuka juga disebut sebagai Nagi dan Kota Reinha (kota yang diberkati Maria), bahkan wilayah di pesisir pantai ini menjadi kota dengan keuskupan pertama di Pulau Flores sejak lima abad yang lalu.
Interaksi itu diawali ketika pada tahun 1511, yaitu setelah menaklukkan Bandar Malaka, kapal-kapal dagang Portugis berlayar menuju Kepulauan Maluku dan Kepulauan Banda untuk mencari rempah-rempah. Sebagian kapal-kapal Portugis itu ada yang bergerak ke arah selatan ketika melewati Laut Flores dan Laut Banda, tepatnya ke wilayah Nusa Tenggara Timur.
Perayaan Semana Santa sebenarnya terjadi di tiga tempat ini yang kerap disebut dengan Hari Baedi Nagi, Hari Bae diKonga, dan Hari Baedi Wureh. Perayaan ini menempatkan Yesus dan Bunda Maria yang berkabung menyaksikan penderitaan anaknya sebelum dan saat disalibkan sebagai pusat ritual.
Wureh adalah sebuah desa yang memiliki pengaruh kuat dari budaya Portugis. Desa ini terletak di Pulau Adonara atau tepatnya di Kecamatan Adonara Barat yang dapat ditempuh dengan transportasi laut selama 20 menit dari kota Larantuka.
Baca Juga : Ribuan Tokoh Lintas Agama Mulai Divaksin
Raja Larantuka, Don Martinus, DVG mendukung rencana pemerintah pusat melalui Kementerian Agama untuk menjadikan Tradisi Perayaan Semana Santa menjadi ikon Katolik di tingkat Nasional. Hal ini disampaikan Don Martinus saat menerima kunjungan Kepala Kantor Kementerian Agama RI di kediamannya, Rabu (24/2).
Dalam pertemuan tersebut, Kepala Kankemenag Flotim, Martinus Tupen Payon menyampaikan rencana Kementerian Agama menjadikan menjadikan Tradisi Perayaan Semana Santa menjadi ikon Katolik di tingkat Nasional. Rencana ini kali pertama disampaikan Dirjen Bimas Katolik, Yohanes Bayu Samodro kepada Yang Mulia Bapak Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr dan Bupati Flores Timur Antonius Hubertus Gege Hajon saat berkunjung ke Flotim beberapa waktu lalu.
"Sebagai Raja, Saya menyambut baik rencana Kementerian Agama untuk menjadikan Semana Santa sebagai ikon Katolik di level nasional, karena hal ini baik dalam merawat tradisi semana santa yang sudah berjalan saat ini," ungkapnya.
Don Martinus lalu menjelaskan tradisi perayaan Semana Santa di Flotim. Tradisi ini berupa rangkaian doa dan devosi yang dilakukan oleh 13 suku Semana di Larantuka. Rangkaian acara ini dimulai pada hari Rabu Abu yang menjadi permulaan ibadah puasa oleh umat Katolik, sampai pada hari Rabu Terewa (perayaan lamentasi kisah sengsara Tuhan Yesus pada Pekan Suci).
"Jadi perlu diketahui semua orang, bahwa Semana Santa itu adalah tradisi doa oleh 13 suku Semana yang dimulai pada hari rabu abu sampai hari rabu terewa. Setelah rengkaian doa tersebut selesai, maka dilaporkan kepada Raja Larantuka sebagai presidentia bahwa rangkaian doa telah selesai. Sehingga, Raja dapat membuka pintu Kapela untuk Pentaktahan Patung Bunda Maria Tuan Ma," jelasnya menceritakan.
Don Martinus juga menceritakan bahwa tradisi Semana Santa yang sudah mengakar ini melibatkan umat beragama lain. Ada partisipasi umat beragama lain dalam mempersiapkan dan mendukung pelaksanaan Semana Santa setiap tahunnya.
Mendengar cerita Raja Larantuka tersebut dan dukungan yang diberikan oleh orang nomor satu dalam tradisi tersebut, Martinus Tupen Payon mengucapkan terima kasih. Dia berjanji segera menyampaikan hal ini secara berjenjang sampai Menteri Agama. “Semua titik temu dan niat baik bersama dari seluruh pemangku kepentingan di Larantuka Flores Timur dalam mendukung rencana pemerintah ini akan kami sampaikan dan pada waktunya tim dari pusat akan hadir di Lewotana ini untuk melakukan studi atau visitasi,” tuturnya.
"Kami berharap seluruh pemangku kepentingan dapat menjelaskan secara baik karena pada saatnya nanti tim dari pusat akan membangun komunikasi dan koordinasi selanjutnya," lanjutnya.
Sebelumnya pada hari yang sama, Kakankemenag Flotim, Martinus Tupen Payon dan Kasubag Tata Usaha Yosef Aloysius Babaputra menemui Ketua Konfreria Reinha Larantuka. Organisasi Gerejani yang mengambil bagian dalam tradisi Semana Santa tersebut juga menyambut baik rencana pemerintah.
Dukungan juga datang dari Ketua Majelis Jemaat GMIT Ebenhaezer Larantuka, Pdt. Melkianus Balla, S.Th. Dia menegaskan bahwa pihaknya mendukungan rencana menjadikan Semana Santa sebagai ikon Katolik di level nasional. Dia berharap hal itu dapat memberi nilai positif terhadap peningkatan dan penghayatan iman umat di daerah ini dalam bingkai toleransi antar umat beragama.
Penulis : Eko Schoolmedia
Editor : Burhan Schoolmedia
Tinggalkan Komentar