Garuda Indonesia Boeing 737 MAX, Foto: Boeing.com
Otoritas Penerbangan Sipil Singapura atau Civil Aviation Authority of Singapore (CAAS) untuk sementara menangguhkan semua penerbangan Boeing 737 MAX di wilayah udaranya, beberapa hari setelah kecelakaan pesawat sejenis terjadi di Ethiopia.
Dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (13/3), regulator penerbangan tersebut menjelaskan bahwa keputusan itu dibuat mengingat dua kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat Boeing 737 MAX dalam waktu kurang dari lima bulan.
Menurut CAAS, maskapai SilkAir yang mengoperasikan enam pesawat Boeing 737 MAX, akan terpengaruh oleh penangguhan sementara.
Maskapai lain yang saat ini mengoperasikan pesawat Boeing 737 MAX ke Singapura, kata CAAS, adalah China Southern Airlines, Garuda Indonesia, Shandong Airlines, dan Thai Lion Air.
CAAS mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Changi Airport Group dan maskapai yang terkena dampak untuk meminimalkan dampak terhadap penumpang yang bepergian.
Selama penangguhan sementara, CAAS akan mengumpulkan lebih banyak informasi dan meninjau risiko keselamatan terkait dengan kelanjutan pengoperasian pesawat Boeing 737 MAX ke dan keluar dari Singapura.
Saat ini, dalam pernyataan tertulis mengungkapkan bahwa otoritas penerbangan sipil Singapura tersebut sedang memantau situasi dengan cermat dan berkomunikasi dengan otoritas penerbangan sipil pemerintah AS, Federal Aviation Administration, dan regulator penerbangan lainnya, serta Boeing.
Penangguhan akan ditinjau ketika "informasi keselamatan yang relevan tersedia," kata CAAS.
Tak hanya Singapura yang melakukan penangguhan penerbangan pesawat 737 MAX. Malaysia pun menerapkan kebijakan yang sama. Pada Selasa (13/3), Otoritas Penerbangan Sipil Malaysia (CAAM) menangguhkan semua penerbangan Boeing 737 MAX 8 di wilayah udaranya setelah kecelakaan pesawat di Ethiopia.
Sementara mengklarifikasi tidak ada maskapai Malaysia yang mengoperasikan pesawat jenis tersebut, Chief Executive Officer (CEO) regulator penerbangan Ahmad Nizar Zolfakar segera memerintahkan penangguhan jenis itu, setelah dua kecelakaan fatal yang melibatkan model Boeing 737 MAX 8 dalam waktu kurang dari lima bulan.
"Otoritas Penerbangan Sipil Malaysia dengan segera menangguhkan operasi pesawat Boeing 737 MAX 8 yang terbang ke atau dari Malaysia dan transit di Malaysia hingga pemberitahuan lebih lanjut," katanya dalam sebuah pernyataan singkat, Selasa, 12 Maret 2019.
Keputusan itu muncul ketika Menteri Urusan Ekonomi Malaysia Mohamed Azmin Ali menyarankan sovereign wealth fund Malaysia, Khazanah, pada Senin (11/3) untuk meninjau ulang pemesanan 25 pesawat Boeing varian MAX 8 dan MAX 10 untuk Malaysia Airlines.
Khazanah adalah pemegang saham tunggal dari maskapai nasional negara itu.
"Tentu saja manajemen Khazanah harus melihat masalah ini dengan segera, untuk memastikan bahwa keselamatan maskapai sangat penting. Mereka harus meninjau kembali perjanjian apa pun yang mereka miliki di masa lalu," katanya.
Beberapa negara lain termasuk China, Singapura, Brasil dan Korea Selatan, telah menangguhkan atau melarang penerbangan pesawat di wilayah mereka.
Sebelumnya, sebuah penerbangan Ethiopian Airlines jatuh pada Minggu (10/3/2019) pagi setelah lepas landas. Atas peristiwa ini, seluruh penumpang yakni 157 orang di dalamnya tewas. Ini adalah kecelakaan udara kedua yang melibatkan Boeing 737 MAX 8 dalam waktu kurang dari lima bulan.
Ethiopian Airlines pada Senin (11/3/2019) mengumumkan penangguhan operasi komersial semua pesawat Boeing 737 MAX.
Seperti diketahui, pada Oktober 2018, sebuah penerbangan Boeing 737 MAX yakni Lion Air Indonesia, jatuh ke laut dan menewaskan 189 awak dan penumpang.
Tinggalkan Komentar