Program MBG Kembali Telan Korban, 215 Siswa di NTT Alami Keracunan Massal
Kupang, 24 Juli 2025 â Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya meningkatkan kualitas gizi siswa justru kembali memicu kekhawatiran publik. Dalam dua hari terakhir, sedikitnya 215 siswa di Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami gejala keracunan massal usai menyantap makanan dari program tersebut.
Insiden ini tersebar di dua wilayah, yakni Kota Kupang dan Kabupaten Sumba Barat Daya. Di Kupang, 140 siswa SMP Negeri 8 dilarikan ke rumah sakit, sementara di Sumba Barat Daya, 75 siswa dari tiga sekolah melaporkan gejala serupa.
140 Siswa Kupang Dilarikan ke RS
Kepala SMPN 8 Kupang, Maria Theresia Lana, menjelaskan bahwa gejala pertama muncul pada Selasa pagi (22/7/2025) sekitar pukul 07.30 WITA. Saat itu, sejumlah siswa mulai mengeluh sakit perut, mual, dan bolak-balik ke kamar mandi.
"Awalnya hanya 18 siswa yang dirujuk ke rumah sakit, tapi jumlahnya terus bertambah hingga mencapai 140 orang," ujar Maria.
Para siswa tersebut kini dirawat di lima rumah sakit berbeda, yakni RSUD S.K Lerik, RS Siloam, RS Mamami, RS Leona, dan RSUD Prof W.Z Johannes. Beberapa siswa mengaku makanan yang disajikan, terutama tahu dan sayur, memiliki rasa yang tidak biasaâterlalu asin dan agak asam.
Distribusi MBG Dihentikan Sementara, Polisi Turun Tangan
Pihak sekolah telah menghentikan sementara distribusi makanan dari program MBG. Sementara itu, Polresta Kupang Kota bersama Dinas Kesehatan turun tangan menyelidiki insiden tersebut. Polisi berencana memeriksa dapur dan pihak penyedia makanan MBG sebagai bagian dari penyelidikan.
Kepala Dinas Kesehatan NTT belum memberikan keterangan resmi, namun tim gabungan tengah mengumpulkan sampel makanan dan memeriksa kondisi korban untuk menentukan penyebab pasti keracunan.
Kasus Serupa di Sumba Barat Daya
Di Kabupaten Sumba Barat Daya, 75 siswa dari tiga sekolah juga mengalami gejala serupa pada hari yang sama. Para siswa mengeluhkan mual, diare, pusing, hingga gatal-gatal setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Beberapa di antaranya juga harus menjalani perawatan medis.
Kasus ini menambah daftar panjang insiden yang melibatkan program MBG, yang sebelumnya juga sempat menuai kritik akibat kurangnya pengawasan terhadap kualitas dan distribusi makanan.
Pemerintah pusat maupun daerah diharapkan segera mengevaluasi pelaksanaan program MBG secara menyeluruh agar kejadian serupa tidak terus berulang, terutama karena melibatkan kesehatan dan keselamatan siswa-siswa sekolah.
Desakan Evaluasi Program MBG Kian Menguat
Rentetan kasus ini menambah daftar panjang insiden keracunan massal dalam pelaksanaan MBG di berbagai daerah. Publik pun mendesak evaluasi sistemik, pengawasan ketat terhadap dapur penyedia, serta transparansi distribusi dan pengolahan makanan.
"Sudah banyak kejadian Maslah MBG,tapi tidak ada tindak lanjut dan tidak ada upaya perbaikan.setidak nya d hentikan saja MBG ini oh...bapak presiden yg terhormat,bapak mendiamkan masalah ini bapak Zolim,"kata netizen akun @murniatauaslia.
Program MBG yang dirancang untuk mendukung gizi anak bangsa dan menurunkan angka stunting, kini dihadapkan pada tantangan serius dalam kualitas, keamanan, dan kredibilitas penyelenggaraan di lapangan.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar