Schoolmedia News Jakarta - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) bekerja sama dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemendikdasmen menyelenggarakan Seminar Nasional yang diikuti lebih dari 250 peserta secara luring dan 2.500 peserta daring dari seluruh Indonesia, termasuk guru, orang tua, pengurus DWP, dan komunitas pendidikan.
âKita tidak perlu selalu menjelaskan alasan di balik setiap kebiasaan. Biasakan dulu. Anak-anak akan memahami maknanya melalui praktik rutin yang akhirnya membentuk karakter.â Demikian disampaikan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Muâti, saat membuka seminar Nasional âPeran Orang Tua dalam Membentuk 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebatâ (19/5).
Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Bulan Pendidikan Nasional dan Hari Keluarga Internasional. Tujuannya adalah memperkuat kolaborasi antara keluarga dan sekolah dalam membangun generasi emas Indonesia melalui pendidikan karakter yang dimulai dari menanamkan kebiasaan baik sehari-hari pada anak.
Dalam sambutannya, Abdul Muâti menekankan bahwa pembentukan karakter anak dimulai dari hal-hal sederhana yang dilakukan secara konsisten. Ia memperkenalkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7KAIH) yang mencakup: bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat.
âKeteladanan orang tua adalah penentu utama. Sekolah hanya membantu, pusat pendidikan tetaplah keluarga,â tegasnya.
Dalam laporan Ketua DWP Kemendikdasmen, Marlina Hafidz Muksin, menyampaikan bahwa seminar ini merupakan bentuk dukungan terhadap program penguatan karakter melalui kolaborasi antara guru dan orang tua. âKebersamaan dan partisipasi seluruh peserta menjadi wujud nyata sinergi antara DWP, guru, orang tua, dan komunitas,â ungkap Marlina.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari para praktisi dan psikolog untuk dapat berbagi wawasan dan praktek baik pada sesi seminar âPeran Orang Tua dalam Membentuk 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebatâ. Para narasumber sepakat bahwa untuk membentuk kebiasaan ini tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pihak sekolah, namun orang tua dan keluarga memiliki peran penting sebagai pusat pendidikan anak.
Neliana Puspita, psikolog Sentra Psikomedia, menekankan pentingnya konsistensi dan teladan dari orang tua. âOrang tua adalah panutan pertama dan utama. Anak akan meniru, bukan hanya mendengar.â
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Sogi Indra Dhuaja, co-founder Ayah ASI Indonesia yang menyoroti peran ayah dalam pembiasaan positif. âKeterlibatan ayah dalam rutinitas harian akan memperkuat ikatan emosional dan membentuk kebiasaan baik secara alami.â
Dalam kesempatan tersebut, Rita Pranawati yang pernah menjabat sebagai Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) selama dua periode, yakni 2014â2017 dan 2017â2022 mengingatkan perlunya pendekatan yang ramah anak dalam membentuk karakter kepada para peserta yang hadir. âPendidikan karakter tidak bisa dilepaskan dari perlindungan anak. Anak yang merasa aman secara psikologis akan lebih mudah menyerap nilai dan membangun kebiasaan positif.â
Kolaborasi Dharma Wanita Persatuan
Ketua I Bidang Pendidikan DWP Pusat, Teti Aminudin Aziz, mengapresiasi acara ini sebagai upaya konkret membangun sinergi antar pihak. âSeminar ini sangat bagus. Saya senang sekali karena ini salah satu program yang ditunggu-tunggu masyarakat, terutama guru di sekolah dan orang tua di rumah,â ujarnya.
âTidak bisa hanya sekolah yang menerapkan. Kebiasaan anak dimulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Maka kerja sama antara guru dan orang tua sangat penting,â tambahnya.
Ia juga menegaskan kesiapan DWP Pusat untuk memperluas dampak program ini. âDharma Wanita Persatuan Pusat menaungi 84 kementerian/lembaga dan 38 provinsi. Ini adalah potensi besar untuk bersinergi menyoalisasikan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat hingga ke daerah.â
Melalui seminar ini, Kemendikdasmen berharap kolaborasi bersama DWP mendorong sinergi antara keluarga, sekolah, dan komunitas semakin kokoh dalam membentuk generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter.
Tinggalkan Komentar