Cari

BKKBN, Himpaudi dan Pergizi Pangan Perhatikan Status Gizi Anak untuk Turunkan Stunting

 

Schoolmedia News Jakarta ---- BKKBN dalam melakukan kebijakan penurunan stunting juga memperhatikan sifat-sifat khusus seperti pengelolaan sumber daya ekonomi dan sumber daya pangan untuk memenuhi gizi anak-anak di Indonesia. Karena mereka adalah generasi emas yang menjadi harapan Indonesia agar menjadi unggul baik dalam karakter dan kecerdasan yang cukup untuk melakukan inovasi dan terobosan-terobosan.

Hal ini dikatakan Kepala BKKBN Dr.(H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) saat menjadi pembicara di webinar “Makanan Dan Gizi Di Era Milenial” dalam rangka Peringatan Hari Makanan Dan Gizi.

Saya kira ini para ahli (gizi) disini bagaimana akan mendukung pangan lokal daerah ini perlu juga kita kedepankan. Kemudian juga pemenuhan kebutuhan," ujarnya.

Ketua Umum Pergizi Pangan Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, M dalam kesempatan sama mengatakan bahwa status gizi anak balita Indonesia memang tampak semakin baik, namun praktek asupan gizi anak di Indonesia disebutkan masih belum optimal, sehingga pemenuhan gizi mikro belum memadai. Selain itu keragaman konsumsi pangan, konsumsi makanan sumber zat besi, active feeding dan praktik hygiene makanan juga masih belum optimal.

Zat gizi meningkatkan pertumbuhan linear janin seperti protein termasuk AA pembentuk kolagen, asam lemak esensial, energi, air, mineral (Ca, Zn, Mg, I, Fe) dan vitamin (A,C, D, Folate). Pangan yang terbukti mencegah stunting janin/bayi lahir bila dikonsumsi ibu hamil yaitu ikan, telur, susu, pangan hewani dan lauk pauk. Sedangkan pangan yang terbukti mencegah stunting setelah bayi lahir adalah ASI eksklusif, berbagai MP-ASi diperkaya gizi, telur, ikan, susu pertumbuhan, pangan hewani dan lauk pauk,” imbuh Hardinsyah.

Dokter Hasto mengatakan bahwa ada 7 daerah dengan angka prevalensi stunting yang tinggi beberapa diantaranya adalah Sulawesi Barat, NTT, dan Aceh. Presiden Joko Widodo memberikan arahan untuk mengurangi kesenjangan angka stunting tersebut dengan memberikan intervensi program khusus kepada 7 dari daerah tertinggi tersebut. Selain itu ada 5 daerah terbesar jumlah penduduknya yang juga akan diberikan program khusus penurunan stunting karena secara absolut kasus stuntingnya juga akan tinggi yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Sumatera Utara.

Angka prevalensi stunting dari tahun 2019 27,7% menjadi 24,4% pada tahun 2021 telah turun 3,3%. Oleh karena itu Presiden memerintahkan penurunan stunting tahun ini sebanyak 3%. BKKBN berharap para ahli terutama ahli gizi dari Pergizi dapat memberikan dukungan solusi terbaik untuk mempercepat pencapaian target tersebut.

Kita juga mendukung bagaimana praktek gizi itu di tingkat desa dengan menghadirkan DApur SeHat Atasi sTunting (DASHAT). Ini nanti butuh sentuhan bapak ibu sekalian dari pergizi pangan dan dari Himpaudi. Untuk data akan kami kawal terus dan untuk audit kasus stunting ini pentingnya para ahli gizi untuk hadir di dalamnya nanti anggaran kita berikan” tutup Dokter Hasto.

Webinar “Makanan Dan Gizi Di Era Milenial” dalam rangka Peringatan Hari Makanan Dan Gizi diselenggarakan oleh Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) pada Selasa, 25 Januari 2021 melalui zoom meeting dan live streaming di Youtube HIMPAUDI. Kegiatan ini mengundang Kepala BKKBN dan Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia.

Tim Schoolmedia

Berita Selanjutnya
Kesiapan Pertemuan Dunia GPDDR ke 7 di Bali Ditinjau Menko PMK
Berita Sebelumnya
Isu Gender dan Perlindungan Khusus Perempuan dan Anak dalam 7th GPDRR Tahun 2022

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar