Direktur PAUD, Dr Muhammad Hasbi:
Tiga Pilar Utama Literasi Dasar PAUD Membentuk Kecakapan Hidup Manusia Abad 21
Schoolmedia News Bandung ----- Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Dr Muhammad Hasbi menyebut tiga pilar atau elemen penting yang berperan sebagai penopang atau pondasi utama guna membangun literasi dasar sejak usia dini bagi seorang anak untuk memiliki kemampuan baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan kewargaan sebagai syarat kecakapan hidup manusia abad 21.
Tiga pilar membangun literasi dasar sejak usia dini tersebut pertama keluarga, kedua satuan pendidikan atau lembaga PAUD dan ketiga masyarakat atau pemangku kepentingan pendidikan. “Tiga pilar tersebut tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lain. Jika ketiga pilar tersebut secara sinergis berhasil dihadirkan dalam membangun literasi dasar sejak anak usia dini, maka PAUD berkontribusi penting dalam membentuk generasi abad 21,” ujar Direktur PAUD dalam Bimbingan Teknis Penguatan Calon Narasumber Literasi Dasar Tahun 2021 secara daring di Bandung, Senin (4/10).
Menurut Hasbi, bersama dengan kecakapan enam kompetensi literasi dan karakter, ketiga pilar utama tersebut akan membentuk kecakapan beraksara yang akhirnya bermuara pada terbentuknya manusia pembelajaran sepanjang hayat dimana menjadi bagian dari kecakapan hidup manusia dimasa depan. “Manusia pembelajar sepanjang hayat yang menjadi amanat UNESCO dibentuk sejak usia dini dengan menciptakan tiga pilar atau pondasi yang kokoh lirasi dasar sejak anak usia dini,” ujarnya.
Dikatakan, keluarga menjadi pilar utama pembangunan literasi sejak anak usia dini karena hampir 70 persen waktu seorang anak usia dini berada ditengah keluarga. Sedangkan 30 persen sisanya berada di satuan pendidikan atau satuan PAUD.
“Kesadaran orangtua menciptakan atmosfir di tengah keluarga penuh dengan keberakasaraan menjadi sangat penting dilakukan. Lingkungan keluarga memiliki pengaruh kuat bagi anak untuk menciptakan lingkungan kaya aksara,” tukasnya.
Karena itu, lanjut Hasbi, praktik baik seperti yang ditunjukan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem A Makarim serta istri Franka Makarim yang senantiasa menyempatkan diri untuk mendongeng, membacakan buku serta bermain bersama ketiga anaknya yang masih usia PAUD sambil memperkenalkan, mendekatkan serta mencintai aksara sejak usia dini menjadi pembelajaran terpetik bagi seluruh keluarga Indonesia.
Kedua, kata Hasbi membangun awareness atau kepedulian sekolah terhadap pentingnya literasi dasar sejak usia dini yang dilakukan anak serta guru belajar sambil bermain menjadi pilar kedua yang harus dikembangkan. “Kuatkan kompetensi guru dan kepala sekolah agar mereka mampu menciptakan dan mendekatkan keaksaraan perhatian serta minat seorang anak sejak usia dini sehingga budaya literasi terinternalisasi sejak usia dini,” ujarnya.
Terkait pilar ketiga, lanjut Hasbi, yang dapat dilakukan adalah mengedukasi masyarakat serta sejumlah komponen, elemen serta komunitas Taman Baca Masyarakat (TBM), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), perpustakaan nasional dan desa berpihak pada pengembangan literasi dasar sejak usia dini dengan ikut menghadirkan “Pojok Baca” atau “Pojok Aksara” disatuan pendidikan, ruang publik hingga ruang baca di tengah keluarga.
Pendidikan literasi sejak dini, kata Hasbi, dapat dimulai dengan mengajak anak untuk mencintai buku. Anak perlu diajari bahwa guru adalah jendela ajaib yang akan mengantarkan mereka ke dunia-dunia baru. Pada akhirnya, mereka akan tumbuh kembang dengan baik. "Walaupun anak sekarang ada di rumah, anak perlu membaca banyak buku. Jadi saya berpesan kepada anak-anak kita agar sering bersama orang tuanya melakukan kegiatan membaca buku," paparnya.
Membekali pendidikan literasi sejak dini pada anak penting dilakukan. Pasalnya, para pakar sepakat bahwa pembekalan yang dilakukan pada usia dini akan berdampak jangka panjang dan permanen. Artinya, pembekalan kompetensi dimulai sejak usia dini akan menjadi pondasi bagi mereka.
Penulis Eko Schoolmedia
Tinggalkan Komentar