Cari

Muncul Varian Lambda Masyarakat Diharap Segera Lakukan Vaksinasi

Schoolmedia News Surabaya -------- Munculnya nama baru keturunan SARS-CoV-2 yang disebut Varian Lambda membuat masyarakat was-was. Meski statusnya hingga kini masih dikategorikan sebagai Variant of Interest (VOI), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khawatir Varian Lambda akan menimbulkan masalah epidemiologi. 

Seperti diketahui, Varian Lambda pertama kali diidentifikasi pada Agustus 2020 di Peru. Hingga April 2021, lebih dari 81 persen kasus Covid-19 di Peru dikaitkan dengan Lambda. 

Setelah Peru, per Juni 2021, varian tersebut terdeteksi telah menyebar luas di 29 negara di dunia. Sebagian besar di Amerika Latin, termasuk Argentina dan Chile. 

Menanggapi hal itu, Prof. Maria Inge Lusida, M.Kes., Sp.MK(K), Ph.D Ketua Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (UNAIR) angkat bicara. Menurutnya, Virus Corona akan terus bermutasi. Sebab, hal tersebut merupakan sifat alamiah virus untuk bertahan hidup.

“Apapun variannya, solusinya adalah patuh terhadap 5M dan segera vaksinasi, jangan tunda vaksinasi,” ujarnya dalam website unair.ac.id.

Sementara itu mengenai Varian Lambda, Prof Inge –sapaannya- menjelaskan bahwa potensi penyebaran virus memang lebih cepat. Selain itu, Lambda juga dicurigai dapat menghindar dari antibodi. 

Sedangkan terkait efikasi vaksin, kata Inge, diperlukan lebih banyak riset untuk menarik kesimpulan. “Data dari WHO memang belum menampilkan ya bagaimana efikasi vaksin terhadap Lambda ini. Masih perlu banyak penelitian lebih lanjut,” terangnya. 

Prof Inge, menandaskan bahwa selamanya manusia akan hidup berdampingan dengan Covid-19. Terlebih lagi, mutasi Virus Corona tidak dapat diprediksi. Apakah kemungkinan semakin jinak atau justru berbahaya. Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan yang serius agar pandemi segera berakhir.

“Jika vaksinasi sudah 100 persen dan prokes selalu dilakukan, kemungkinan tidak perlu hingga bertahun-tahun untuk bersahabat dengan Covid-19,” ungkapnya

Sejumlah fakta menarik dari varian Lambda adalah pertama varian lambda atau "C.37" telah menyebar dengan cepat di Amerika Selatan, khususnya di Peru di mana sampel virus yang paling awal didokumentasikan berasal dari Agustus 2020.

Namun, itu hanya ditandai sebagai "varian yang diminati" oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 14 Juni tahun ini karena kasus yang dikaitkan dengan varian tersebut telah menyebar secara nyata.

Dalam laporannya pada pertengahan Juni, WHO melaporkan bahwa, "lambda telah dikaitkan dengan tingkat substantif penularan komunitas di beberapa negara, dengan peningkatan prevalensi dari waktu ke waktu bersamaan dengan peningkatan insiden Covid-19", dan bahwa lebih banyak penyelidikan akan dilakukan ke varian tersebut.

Kedua, WHO mencatat dalam laporannya 15 Juni lalu bahwa varian lambda telah terdeteksi di 29 negara, wilayah atau wilayah di lima wilayah WHO, meskipun kehadirannya lebih kuat di Amerika Selatan.

"Pihak berwenang di Peru melaporkan bahwa 81% kasus Covid-19 yang diurutkan sejak April 2021 dikaitkan dengan Lambda. Argentina melaporkan peningkatan prevalensi Lambda sejak minggu ketiga Februari 2021, dan antara 2 April dan 19 Mei 2021, varian tersebut menyumbang 37% dari kasus Covid-19 yang diurutkan," catat WHO.

Sementara itu, di Chili, prevalensi lambda telah meningkat dari waktu ke waktu, terhitung 32% dari kasus berurutan yang dilaporkan dalam 60 hari terakhir, kata WHO.

Pada 24 Juni, varian lambda telah terdeteksi dalam kasus di 26 negara, menurut data Public Health England. Ini termasuk Chili, Argentina, Peru, Ekuador, Brasil dan Kolombia serta AS, Kanada, Jerman, Spanyol, Israel, Prancis, Inggris dan Zimbabwe.

Ketiga, WHO dan badan kesehatan masyarakat lainnya mencoba memahami bagaimana varian ini dibandingkan dengan jenis virus lainnya, termasuk apakah itu bisa lebih menular dan lebih kebal terhadap vaksin.

Pada pertengahan Juni, WHO mengatakan "lambda membawa sejumlah mutasi dengan dugaan implikasi fenotipik, seperti potensi peningkatan penularan atau kemungkinan peningkatan resistensi terhadap antibodi penetral."

Lantas, bagaimana efek vaksinasi terkait vaksin ini?

Sekali lagi, diperlukan lebih banyak penelitian tentang efek varian lambda terhadap kemanjuran vaksin, terutama pada vaksin yang tersedia secara seperti vaksin dari Pfizer-BioNTech, Moderna atau Oxford-AstraZeneca.

Tetapi pertanyaan telah diajukan di beberapa bagian Amerika Selatan mengenai efektivitas vaksin China, yang telah digunakan terutama di wilayah tersebut, karena kasus yang terkait dengan penyebaran varian lambda dan tingkat infeksi meningkat bersamaan dengan program vaksinasi.

Brasil, Chili, dan Peru semuanya sangat bergantung pada vaksin Sinovac atau Sinopharm tetapi tingkat vaksinasi sangat berbeda di seluruh Amerika Selatan.

Penulis Tim Schoolmedia 

/

Berita Selanjutnya
Percepatan Bantuan Sosial Dilakukan
Berita Sebelumnya
Penyaluran KUR Sektor Pertanian Capai Rp42,7 Triliun di Tahun 2021

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar