Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Dr Muhammad Hasbi menjelaskan inovasi dan terobosan Program PAUD Berkualitas yang dilakukan pemerintah. Foto : Eko schoolmedia
Schoolmedia News Bali – Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Dr Muhammad Hasbi menegaskan syarat utama yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan program PAUD Berkualitas yaitu terciptanya hubungan kedekatan atau bonding antara guru dan siswa secara baik di satuan pendidikan anak usia dini. Terciptanya hubungan emosional secara tepat ini menurut ilmu psikologis anak dan perkembangan merupakan penentu utama hadirnya PAUD Berkualitas.
“Pada masa pandemi ini sangat mudah melihat kondisi ini. Jika anak atau peserta didik PAUD sangat merindukan gurunya sehingga mereka kerap sedih dan menangis di rumah minta kepada orangtuanya untuk diantar ke sekolah untuk betemu guru dan teman-temannya, berarti lingkungan belajar di sekolah atau di PAUD tersebut bermutu baik,” ujar Direktur PAUD ketika membuka acara Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Program PAUD Berkualitas di Badung, Bali, 8 hingga 10 April 2021.
Namun sebaliknya, jika lingkungan belajar di satuan PAUD membuat anak menjadi malas dan cenderung tidak tertarik lagi untuk datang ke sekolah, atau siswa disatuan PAUD takut kepada guru, kepala sekolah, lingkungan belajarnya tidak membuatnya tertarik berarti PAUD tersebut tidak berkualitas.
Baca Juga : Program PAUD Berkualitas Amanat SDG's ke 4 dan Peta Jalan Anak Usia Dini Disosialisasi
Selain itu, lanjutnya, PAUD berkualitas juga harus di topang oleh terciptanya relasi sosial keluarga yang tepat dengan lembaga penyelenggara PAUD. Apabila kontribusi keluarga atau orangtua murid sangat tinggi sehingga susasana sekolah menjadi lebih semarak dan cukup banyak aktivitas tercipta maka secara otomatis PAUD berkualitas akan tercipta.
Menurut Hasbi, syarat lain PAUD Berkualitas yaitu apabila siswa disatuan pendidikan anak usia dini berhasil terpenuhinya kebutuhan esesnsialnya. Kebutuhan esensial anak PAUD terkait dengan kebutuhan gizi, nutrsi, kesehatan, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan.
Kebutuhan esensial ini, katanya harus jadi perhatian penting dalam mempersiapkan anak memasuki usia sekolah. Terkait kebutuhan kesehatan anak, orangtua selalu memberi makanan bergizi yang seimbang, bernutrisi, serta menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Mengenai kebutuhan pendidikan, orangtua harus bersinergi dengan anak dan satuan pendidikan. Memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan tumbuh kembang anak. Itu penting untuk perkembangan kognitif, psikomotorik, dan psikologis anak.
Kebutuhan esensial keempat adalah perlindungan. Orangtua harus bisa mengelola emosi agar tidak berdampak pada anak dan menghindarkan mereka dari dampak kekerasan dalam rumah tangga. Di sini, anak juga diajarkan mengelola emosinya.
Strategi Nasional PAUD Berkualitas
Dikatakan, untuk mendorong terciptanya PAUD Berkualitas sejumlah strategi telah dilakukan dan disiapkan Direktorat PAUD Kemendikbud antara lain; pertama membuat program wajib PAUD Pra Sekolah Dasar guna menindaklanjuti pesan SDG’s ke empat. Saat ini baru 41 % program PAUD Pra SD ini berhasil di implementasikan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemda Kabupaten/Kota.
“Kita akan terus dorong komitmen pemerintah daearah untuk menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) juga terbitnya Peraturan Bupati atau Peraturan Walikota terkait Wajib PAUD Pra SD. Dan ini Pekerjaan Rumah yang berat karena SDG’s memberi waktu tahun 2030 sudah 100% anak Sekolah Dasar di Indonesia bersekolah disatuan PAUD,” katanya.
Dijelaskan, PAUD itu penting karena berdasarkan hasil penelitian bahwa seorang anak yang mengikuti PAUD cenderung memiliki prestasi yang lebih baik daripada anak yang tidak mengikuti PAUD. Anak yang mengikuti PAUD memiliki tingkat drop out dan angka mengulang yang lebih rendah. Dan pada jangka panjang anak yang mengikuti PAUD memiliki kesejahteran yang lebih baik.
Program kedua adalah mendorong Program 1 Desa 1 PAUD dapat ditingkatkan partisipasinya. Didaerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) masih banyak desa yang belum memiliki PAUD. “Baru 72% Desa di Indonesia ini memiliki PAUD. Artinya saat ini masih ada 22.000 Desa di Indonesia yang belum memiliki PAUD. Ini tantangan besar tentunya. Direktiorat PAUD terus berkoordinasi dengan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Teringgal agar Desa yang belum memiliki PAUD dapat akses program PAUD,” katanya.
Selanjutnya, pengembangan PAUD Holistik Integratif akan lebih banyak dikembangkan agar seluruh satuan PAUD memposisikan diri sebagai pusat intervensi tumbuh kembang anak. Sehingga Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Kantor Kementerian Agama, Dinas PPPA dan Dinas Sosial mempunyai data yang sama terkait data anak yang sudah diintervensi dengan pendekatan PAUD holistik integratif. Hal ini bertujuan agar anak mendapatkan hak atas 5 kebutuhan esensialnya terkait dengan kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan dan perlindungan.
Direktorat PAUD mengajak untuk melakukan beberapa gerakan PAUD. Yang pertama adalah gerakan menuju PAUD berkualitas yang menyelenggarakan layanan PAUD holistik integratif. Selain itu saya juga mengajak melakukan gerakan satu data untuk PAUD Indonesia. Gerakan The Source Sharing atau berbagi sumber daya antara pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Komunikasikan kepada guru PAUD dan TK bahwa Medikbud telah melarang : 1). Les calistung di TK, 2). Les calistung di SD kelas rendah dan 3). Tes calistung ketikan masuk SD.
"Terkait kesiapan bersekolah siswa PAUD dijenjang satuan pendidikan dasar saya harapkan semakin intensif komunikasi dilakukan. Perlu dibangun forum komunikasi agar persoalan kesiapan anak masuk ke jenjang Sekolah Dasar bisa terjalan dengan baik," ujarnya,
Penulis : Eko Schoolmedia
#Merdeka Belajar
#Merdeka Bermain
Tinggalkan Komentar