Cari

Mendongeng dan Bermusik Sambungkan 200 Miliar Sel Otak Anak Usia Dini

Mengapa penting mendongeng dan bernyanyi atau bermain musik diberikan pada anak sejak usia dini, karena 100 -200 miliar sel saraf manusia dirangsang sejak usia 0-6 tahun. Foto Eko Schoolmedia 

Schoolmedia News, Jakarta  – Kegiatan mendongeng  dan  mengajak anak PAUD untuk bernyanyi atau bermain musik secara sederhana di rumah atau di lingkungan sekolah merupakan  salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk membentuk anak usia dini yang sedang  dalam masa tumbuh kembang menjadi lebih cerdas dan percaya diri.  

Pada masa usia dini (0-6 tahun) atau yang biasa disebut masa keemasan di mana otak mengalami perkembangan yang sangat pesat atau eksplosif. Penelitian para ahli neurologi menemukan fakta, saat lahir, otak bayi mengandung 100-200 miliar neuron atau sel saraf yang siap melakukan sambungan antarsel. Sekitar 50 persen kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi saat usia 4 tahun, 80 persen telah terjadi pada usia 8 tahun, dan mencapai 100 persen ketika berusia 8-18 tahun.

“Kegiatan mendongeng dan bermusik merupakan bentuk stimulasi yang harus kerap diberikan kepada anak secara konsisten. Ini dipercaya berhubungan dengan kemampuan bahasa dan kepandaian,”ujar pakar PAUD, Rusilowati Effendi dalam Webinar Mendongeng Asyik Dengan Musik yang ditayangkan di Himpaudi TV di Jakarta, Kamis (18/3). Pembicara lain dalam kegiatan tersebut, Pendiri Fun Garden Literasi,  Palupi Mutiasih dan  musisi lagu anak, Reni Nurlela.

 

Baca juga: Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Kembali Digelar, Pendaftaran 18 Maret - 11 Me1 2021

 

Pola pengasuhan anak melalui metode bercerita juga dapat mendekatkan anak dalam mengapresiasi budaya literasi sejak dini. Anak secara tidak langsung memiliki perilaku menyimak dengan baik. Juga, anak dapat menirukan orang tuanya dengan banyak membaca buku-buku bacaan. Adapun kontribusi lebih jauh, dapat merangsang anak menjadi seorang pencerita (penulis cerita).

Selain itu, bercerita bisa mencegah anak kecanduan gawai. Orangtua bisa memanfaatkan gawai sebagai media dalam bercerita. Ini justru mendorong anak memiliki apresiasi tinggi terhadap pemanfaatan gawai dalam budaya literasi. Jadi, anak menjadi paham gawai tak hanya sebagai alat bermain, namun punya kegunaan yang lebih bermanfaat yaitu sebagai penyedia cerita selain buku.


Baca Juga  :  Kampus Mengajar, Kolaborasi Mahasiwa Dengan Guru Jadi Tantangan Pembelajaran

 

Kegiatan mendongeng dan bermusik berdasarkan ilmu psikologi anak serta perkembangan  meliputi beberapa hal termasuk neural coupling yakni mendengarkan, memproses informasi, mengolah informasi menjadi data-data sesuai dengan imajinasinya. Proses selanjutnya adalah mirroring atau ketika otak pendengar memiliki cara bekerja yang sama dengan otak pendongeng. Rilisnya hormon dopamin, koristol, dan oksitosin

Selanjutnya otak merilis beberapa hormon seperti dopamin, koristol, dan oksitosin. Hormon tersebut mengatur perubahan emosi, kewasapadaan dan empati sehingga dapat mengingat jalur cerita. Dengan mendongeng, hampir semua fungsi otak aktif. Penelitian menunjukkan kegiatan mendongeng membantu kemampuan literasi yang sejalan dengan kemampuan kognitif anak.

 "Dapat disimpulkan, walaupun kegiatan mendongeng dan bernyanyi termasuk mudah dilakukan, namun memiliki dampak luar biasa terhadap perkembangan otak anak," ujarnya.

Sementara itu, Palupi Mutiasi mengatakan saat mendongeng, penting sekali melibatkan anak-anak. Jangan hanya menjadi pendengar karena mereka akan merasa bosan dan mengantuk. Terdapat adegan-adegan yang melibatkan interaksi anak malah lebih asyik bagi anak. Misalnya, ada adegan kura-kura sama monyet.

“Monyetnya diubah dengan nama Momo biar lebih soft buat anak-anak. Momo ini sombong ke kura-kura, dan si kura-kura selalu diledek karena jalannya lambat. Terus akhirnya si Momo punya kesulitan untuk berenang. Lalu, si kura-kura ini menolong dengan cara berenang ke sungai,”ujarnya.

Dalam sejumlah literatur disebutkan sejumlah manfaat mendongeng antara lain mengembangkan kecerdasan bahasa Si Kecil akan belajar banyak kosakata, frasa, dan kalimat baru dari cerita yang Bunda atau Ayah bacakan. Hal ini bermanfaat untuk melatih kemampuan komunikasinya dengan orang lain.

Mengasah ketajaman memori Melalui cerita, Si Kecil akan berlatih mengingat karakter, alur cerita, tempat, dan sebagainya. Usai mendongeng, Bunda atau Ayah bisa mencoba menanyakan kembali isi cerita atau meminta Si Kecil menceritakannya ulang.

Melatih konsentrasi Saat mendengarkan dongeng yang Bunda atau Ayah sampaikan, Si Kecil akan belajar memfokuskan perhatiannya dan berkonsentrasi kepada cerita agar Ia dapat memahami isinya.

Membuka wawasan baru Cerita yang Bunda dan Ayah sampaikan akan membuka pengetahuan Si Kecil tentang berbagai kebudayaan dan pemikiran baru. Nantinya Si Kecil pun akan menjadi sosok yang open-minded atau berpikiran terbuka. Pikiran yang terbuka terhadap wawasan baru tidak hanya baik bagi tumbuh kembang anak, tetapi juga bermanfaat baginya hingga dewasa kelak.

Mendukung imajinasi Cerita dongeng banyak yang mengandung unsur imajinatif dan hal itu baik bagi perkembangan kemampuan imajinasi dan kreativitas Si Kecil. Ia juga mungkin akan tertantang melakukan atau membuat sesuatu seperti di cerita sebagai bentuk dari pengembangan kecerdasan visual-spasialnya.

Mengajarkan kecerdasan sosial dan emosional Dari cerita, Bunda dapat mencontohkan bagaimana Si Kecil bersikap ketika menghadapi masalah dan bagaimana Ia sebaiknya berperilaku kepada orang lain. Hal ini termasuk melatih kecerdasan interpersonal dan intrapersonal Si Kecil.

Menjaga bonding Si Kecil perlu memiliki perasaan yang dekat dan disayangi oleh orang tua. Meluangkan waktu untuk mendongeng bagi Si Kecil merupakan salah satu cara untuk memberikan hal tersebut.

Penulis  : Eko Schoolmedia

Editor   : Burhan Schoolmedia

Berita Selanjutnya
Program SMK Pusat Keunggulan Bukan Ciptakan Sekolah Favorit dan
Berita Sebelumnya
Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Kembali Digelar, Pendaftaran 18 Maret - 11 Me1 2021

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar