Dr Muchlas Rowi MM : âBerpikir Secara Komputasional Bukan Sesuatu Yang Baru Bagi Anak PAUD, Sudah Melekat dalam Aktivitas Bermain Anak Sehari-hariâ
Schoolmedia âJAKARTA, â Staf Khusus Menteri Bidang Transformasi Digital dan Kecerdasan Artifisial, Dr. Muhammad Muchlas Rowi, S.F., S.H., M.M., menegaskan bahwa konsep Berpikir Komputasional (PBK) bukanlah sesuatu yang asing atau baru bagi anak-anak usia dini yang berada di jenjang Satuan Pendidikan Anak Usia Dini.
Menurutnya, kemampuan esensial abad ke-21 tersebut secara alami sudah muncul dalam hampir semua aktivitas bermain anak-anak Indonesia, meskipun seringkali tidak disadari oleh para pendidik dan orangtua siswa ketika berinteraksi dengan anak PAUD.
Dr. Muchlas Rowi meyakini bahwa kemampuan PBK, seperti kemampuan memecah masalah secara sistematis (Dekomposisi), secara alami sudah muncul dalam hampir semua aktivitas bermain anak.
â"Saya ingin mengajak kita melihat satu kemampuan penting yang sebenarnya sudah muncul dalam hampir semua aktivitas bermain anak-anak Indonesia, meskipun sering tidak kita sadari," kata Dr. Muchlas Rowi.
âMenurutnya, tugas utama pendidik saat ini adalah mengidentifikasi, memberi nama (memformalkan), dan memperkuat pola pikir komputasional ini. Kemampuan alami anak, seperti saat menyusun balok, merapikan mainan, atau bermain peran, merupakan media unplugged (tanpa teknologi) paling efektif untuk menanamkan konsep PBK.
âPernyataan ini disampaikan Dr. Muchlas Rowi sebagai Keynote Speaker dalam Webinar Pengenalan Pengembangan Berpikir Komputasional (PBK) dalam Pembelajaran Anak Usia Dini, yang diselenggarakan oleh Direktorat PAUD di Jakarta, Kamis (27/11/2025).
Ubah Perspektif PBK, Tidak Selalu Digitalisasi
âDalam paparannya, Dr. Muchlas Rowi mendorong hadirin, terutama para pendidik dan pengelola PAUD, untuk mengubah perspektif mengenai PBK. Ia menekankan bahwa PBK tidak selalu terikat pada komputer atau perangkat digital.
Sebaliknya, PBK adalah pola pikir dan kemampuan memecahkan masalah secara sistematis yang telah menjadi bagian inheren dari kegiatan eksplorasi dan permainan anak.
â"Bapak-Ibu hadirin sekalian, hari ini saya ingin mengajak kita melihat satu kemampuan penting yang sebenarnya sudah muncul dalam hampir semua aktivitas bermain anak-anak Indonesia, meskipun sering tidak kita sadari," ujar Dr. Muchlas Rowi.
âPandangan ini sejalan dengan upaya Kementeriandikdasmen untuk mengintegrasikan PBK di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai fondasi keterampilan logis dan pemecahan masalah.
âDr. Muchlas Rowi menjelaskan bahwa tugas utama pendidik saat ini adalah mengidentifikasi, memberikan nama, dan memperkuat pola pikir komputasional ini. Dengan demikian, kemampuan yang sudah dimiliki anak melalui insting bermain dapat dipertajam dan dialihfungsikan menjadi keterampilan yang terstruktur untuk bekal di masa depan.
â"Tantangannya bukan memperkenalkan hal baru, melainkan bagaimana kita sebagai pendidik menyadari dan memformalkan kemampuan alami tersebut, seperti saat anak menyusun balok, merapikan mainan, atau bermain peran," tambahnya.
âPenguatan PBK di PAUD dinilai strategis mengingat peran Dr. Muchlas Rowi sebagai Stafsus Menteri yang bertanggung jawab atas Transformasi Digital dan Kecerdasan Artifisial.
PBK Langkah Awal Hadapi Era Revolusi Digital
Program ini diharapkan menjadi langkah awal yang krusial untuk menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang kompeten dan siap menghadapi era revolusi digital.
âWebinar ini dihadiri oleh Direktur PAUD Dr. Nia Nurhasanah dan narasumber Dr. Rudiyanto dari UPI. Kegiatan ini menegaskan komitmen pemerintah untuk memastikan bahwa pondasi pendidikan usia dini sudah selaras dengan tuntutan kompetensi abad ke-21.
Sejumlah tantangan menjadi dasar Kementerian meluncurkan program penguatan PBK. Di antara tantangan krusial yang dihadapi adalah rendahnya literasi teknologi pendidik PAUD terkait PBK, terbatasnya tenaga pelatih yang kompeten, ketiadaan model pelatihan standar yang sesuai dengan usia dini, dan minimnya bahan ajar yang terintegrasi.
âUntuk mengatasi hambatan tersebut, webinar ini menjadi strategi penguatan awal. Satuan pendidikan yang mengikuti pelatihan ini diharapkan dapat mengimplementasikan pembelajaran PBK yang sesuai dengan karakteristik AUD dan berbasis regulasi seperti UU Sisdiknas dan Permendikbud Ristek terkait Standar Nasional Pendidikan.
Narasumber dalam sesi utama, Dr. Rudiyanto dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), bertugas memberikan pemahaman mendalam mengenai prinsip-prinsip PBK, perencanaan pembelajaran berbasis kompetensi, dan cara melakukan asesmen autentik.
ââKegiatan ini merupakan langkah konkret Kementeriandikdasmen dalam menyiapkan pondasi pendidikan yang sejalan dengan tuntutan Society 5.0,â ujar Muchlas.
Penyinting Eko B Harsono
Tinggalkan Komentar